Materi: Biologi (Bab 44 - Osmoregulasi Dan Ekskresi )
Topik | Deskripsi |
---|---|
Spesies Unggulan | Albatros pengembara (Diomedea exulans) memiliki rentang sayap hingga 3,5 m, terbesar di antara burung yang hidup saat ini. Hidup di laut sepanjang tahun, kembali ke darat hanya untuk bereproduksi. |
Adaptasi Fisiologis | Mampu bertahan hidup tanpa air tawar dengan mengandalkan osmoregulasi. |
Definisi Osmoregulasi | Proses pengontrolan konsentrasi zat terlarut serta penyeimbangan perolehan dan kehilangan air. Termasuk dalam proses homeostasis. |
Tujuan Osmoregulasi | Menjaga kestabilan kadar air dan ion-ion penting (misalnya natrium dan kalsium) demi fungsi otot dan sel normal. |
Tantangan Osmoregulasi |
|
Ekskresi | Pengeluaran metabolit bernitrogen (seperti amonia) yang toksik dari hasil pemecahan protein dan asam nukleat. |
Keterkaitan Sistem | Sistem ekskresi dan osmoregulasi saling terhubung secara struktural dan fungsional pada banyak hewan. |
Konsep | Penjelasan |
---|---|
Osmoregulasi | Proses fisiologis untuk menyeimbangkan pengambilan dan kehilangan air serta zat terlarut guna mempertahankan homeostasis internal. |
Osmosis dan Osmolaritas | Osmosis adalah pergerakan air melalui membran semipermeabel. Osmolaritas adalah konsentrasi total zat terlarut yang mempengaruhi arah osmosis. Perbedaan osmolaritas menyebabkan pergerakan air. |
Tantangan Osmotik | Hewan menghadapi tekanan lingkungan untuk mempertahankan keseimbangan air dan ion. Tantangan berbeda muncul tergantung apakah hewan berada di laut, air tawar, darat, atau lingkungan yang fluktuatif. |
Hewan Laut | Menghadapi risiko dehidrasi karena lingkungan hiperosmotik. Contoh: albatros dan ikan laut. Strategi: minum air laut dan ekskresi garam melalui insang atau kelenjar garam. |
Hewan Perairan Tawar | Menghadapi risiko kelebihan air karena lingkungan hipoosmotik. Mereka membatasi pengambilan air, mengeluarkan urin encer, dan aktif menyerap garam dari air melalui insang atau kulit. |
Hewan di Perairan Sementara | Harus beradaptasi terhadap kondisi kering musiman. Contoh: tardigrada dan rotifera. Mereka dapat memasuki keadaan dormansi metabolik (kriptobiosis) untuk bertahan tanpa air. |
Hewan Darat | Rentan kehilangan air lewat penguapan. Adaptasi: kulit kedap air, perilaku nokturnal, urin pekat, dan penggunaan kelenjar ekskresi seperti nefron ginjal untuk konservasi air. |
Energetika Osmoregulasi | Osmoregulasi membutuhkan energi, terutama pada organisme yang aktif mengangkut ion melawan gradien konsentrasi. Osmokonformer umumnya lebih hemat energi dibanding osmoregulator. |
Epitelium Transpor | Lapisan jaringan khusus yang bertugas mengatur perpindahan ion dan air. Contoh: insang ikan laut, kelenjar garam burung laut, tubulus ginjal vertebrata. |
Konsep | Penjelasan |
---|---|
Kebutuhan Osmoregulasi | Semua hewan, tanpa memandang filogeni atau habitat, harus menjaga keseimbangan antara pengambilan dan kehilangan air. Ketidakseimbangan menyebabkan sel membengkak dan pecah, atau mengerut dan mati. |
Pengertian Osmosis | Pergerakan air melintasi membran selektif permeabel dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah ke yang lebih tinggi. Merupakan bentuk khusus difusi air. |
Pengertian Osmolaritas | Konsentrasi total zat terlarut dalam larutan, dinyatakan dalam satuan miliOsmol per liter (mOsm/L). Contoh: darah manusia ≈ 300 mOsm/L, air laut ≈ 1000 mOsm/L. |
Larutan Isoosmotik | Dua larutan yang memiliki osmolaritas sama. Tidak ada pergerakan neto air karena aliran air ke kedua arah seimbang. |
Larutan Hiperosmotik | Larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dibanding larutan lain yang dibandingkan. |
Larutan Hipoosmotik | Larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah dibanding larutan lain yang dibandingkan. |
Arah Pergerakan Air | Air selalu mengalir melalui osmosis dari larutan hipoosmotik menuju larutan hiperosmotik, hingga tercapai keseimbangan. |

Tantangan Osmotik
Konsep | Penjelasan |
---|---|
Cara Hewan Menyeimbangkan Air |
1. Osmokonformer: isoosmotik dengan lingkungan. 2. Osmoregulator: menjaga osmolaritas internal terlepas dari lingkungan. |
Osmokonformer | Hewan laut yang osmolaritas internalnya sama dengan lingkungan. Tidak mengalami aliran neto air. Umumnya hidup di perairan stabil. |
Osmoregulator |
Menjaga konsentrasi internal meski lingkungan berubah. Contoh: hewan darat, air tawar, dan sebagian hewan laut. - Di lingkungan hipoosmotik: harus membuang kelebihan air. - Di lingkungan hiperosmotik: harus menyerap air. |
Stenohalin | Hewan yang tidak mampu mentoleransi perubahan besar osmolaritas eksternal. Mayoritas hewan termasuk dalam kelompok ini. |
Eurihalin | Hewan yang dapat hidup dalam rentang osmolaritas eksternal yang luas. Contoh: teritip, kerang (osmokonformer), ikan bass belang, salmon (osmoregulator). |
Kesimpulan | Osmoregulasi memberi fleksibilitas ekologis lebih tinggi dibanding osmokonformitas, memungkinkan eksplorasi habitat darat dan air tawar. |
Jenis Hewan Laut | Jenis Osmoregulasi | Strategi Osmoregulasi |
---|---|---|
Invertebrata Laut (umumnya) | Osmokonformer | Osmolaritas tubuh ≈ air laut, sehingga tidak menghadapi tekanan osmotik besar. Namun, tetap perlu mentranspor zat terlarut tertentu secara aktif untuk menjaga keseimbangan ion spesifik. |
Vertebrata Laut (misalnya ikan bertulang keras: kod) | Osmoregulator |
|
Hiu dan sebagian besar Chondrichthyes (ikan bertulang rawan) | Hampir Osmokonformer (Osmolaritas ≈ air laut) |
|
Jenis Hewan | Masalah Osmotik | Strategi Osmoregulasi |
---|---|---|
Hewan perairan tawar (umum, termasuk ikan perch) |
|
|
Ikan migrasi (eurihalin, misalnya salmon) | Mengalami perubahan lingkungan ekstrem: dari air laut (hiperosmotik) ke air tawar (hipoosmotik), sehingga menuntut perubahan strategi osmoregulasi. |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Tantangan Osmotik Utama | Ancaman dehidrasi akibat kehilangan air melalui penguapan, ekskresi, dan respirasi. Kehilangan >12% air tubuh dapat berakibat fatal (pada manusia). |
Adaptasi Fisik untuk Mencegah Kehilangan Air |
|
Rute Kehilangan Air |
|
Strategi Pemenuhan Air |
|
Contoh Hewan Adaptif |
Tikus kanguru: tidak perlu minum, menggantikan air tubuh dari:
|
Signifikansi Adaptasi | Adaptasi osmoregulasi memungkinkan hewan darat hidup di lingkungan ekstrem seperti gurun, dan memperluas distribusi geografis mereka. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Masalah Osmotik Utama | Dehidrasi ekstrem (desikasi) saat habitat mengering. Mayoritas hewan tidak dapat bertahan dalam kondisi kehilangan air total. |
Adaptasi Kunci | Anhidrobiosis – kemampuan untuk hidup tanpa air dengan memasuki fase dorman (istirahat metabolik total) saat kekeringan. |
Contoh Spesies |
|
Mekanisme Biokimia | Produksi trehalosa, disakarida pelindung membran. Trehalosa menggantikan air dan menjaga stabilitas protein dan lipid saat dehidrasi. |
Karakteristik Anhidrobiosis |
|
Signifikansi Ekologis | Memungkinkan organisme bertahan di lingkungan yang tidak stabil atau musiman, seperti kolam sementara, lapisan tanah lembap, atau lingkungan mikrobasah lainnya. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Penyebab Konsumsi Energi | Osmoregulator harus mempertahankan gradien osmotik antara tubuh dan lingkungan, melawan kecenderungan difusi yang ingin menyamakan konsentrasi. |
Metode Utama | Transpor aktif digunakan untuk memompa zat terlarut melintasi membran, menjaga keseimbangan air dan garam. |
Faktor yang Mempengaruhi Ongkos Energi |
|
Contoh Konsumsi Energi |
|
Adaptasi Komposisi Cairan Tubuh | Spesies air tawar biasanya memiliki cairan tubuh dengan osmolaritas lebih rendah dibanding kerabat lautnya, untuk mengurangi gradien osmotik dan menekan ongkos energi osmoregulasi. |
Contoh Perbandingan Osmolaritas |
|
Kesimpulan | Adaptasi terhadap habitat (air laut vs air tawar) dapat menurunkan beban energi osmoregulasi secara signifikan dan meningkatkan efisiensi metabolik. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Tujuan Osmoregulasi | Menjaga komposisi zat terlarut dalam cairan tubuh internal yang membasahi sel. Ini penting karena keseimbangan internal tidak dijaga langsung oleh sel, melainkan melalui cairan di sekitarnya (hemolimfe atau cairan interstisial). |
Peran Epitelium Transpor | Lapisan sel epitel terspesialisasi yang mengatur pergerakan zat terlarut secara selektif dan terarah untuk mempertahankan homeostasis osmotik. |
Karakteristik |
|
Contoh Organ pada Vertebrata | Ginjal: kompleks epitelium transpor yang mengontrol ekskresi dan penyerapan zat terlarut (misalnya Na⁺, Cl⁻, urea). |
Contoh Adaptasi: Albatros |
|
Perbandingan dengan Manusia | Manusia tidak memiliki mekanisme ekskresi garam seperti albatros. Jika minum air laut, justru akan kehilangan air karena ginjal tidak bisa menghasilkan urin yang lebih asin dari air laut → menyebabkan dehidrasi. |

konsep "Zat-Zat Buangan Bernitrogen dari Seekor Hewan Mencerminkan Filogeni dan Habitatnya"
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Konsep Umum | Zat buangan nitrogen dihasilkan dari penguraian protein dan asam nukleat. Bentuk zat buangan yang dipilih hewan mencerminkan filogeni (garis evolusi) dan habitat lingkungan tempat hidupnya. |
Amonia (NH₃) |
|
Urea |
|
Asam Urat |
|
Pengaruh Evolusi | Evolusi sistem ekskresi sejalan dengan transisi habitat dari air → darat. Semakin jauh hewan dari habitat akuatik, semakin efisien zat buangan dalam menghemat air (amonia → urea → asam urat). |
Pengaruh Habitat |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Nama Zat Buangan | Amonia (NH₃) |
Toksisitas | Sangat toksik; hanya dapat ditoleransi pada konsentrasi yang sangat rendah. |
Kebutuhan Air | Sangat tinggi. Ekskresi amonia memerlukan akses ke air dalam jumlah besar untuk pengenceran dan penghilangan. |
Kelompok Hewan Penghasil |
|
Cara Ekskresi |
|
Kelebihan | Tidak memerlukan energi tinggi karena tidak perlu konversi dari amonia ke bentuk lain. |
Kekurangan | Tidak cocok untuk habitat darat atau lingkungan dengan sedikit air karena toksisitasnya tinggi dan kebutuhan air besar. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Nama Zat Buangan | Urea |
Asal Pembentukan | Dihasilkan di hati vertebrata melalui siklus urea yang menggabungkan amonia dan karbon dioksida. |
Toksisitas | Rendah — dapat disimpan dalam tubuh pada konsentrasi tinggi tanpa menimbulkan kerusakan. |
Kebutuhan Air | Lebih hemat air dibanding amonia karena dapat diekskresikan dalam larutan pekat. |
Kelompok Hewan Penghasil |
|
Contoh Adaptasi Peralihan | Banyak amfibia mengekskresikan amonia saat akuatik (kecebong) dan urea saat dewasa di darat — mencerminkan efisiensi energi vs konservasi air. |
Kelebihan |
|
Kekurangan | Biaya energi tinggi → perlu ATP untuk sintesis dari amonia. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Nama Zat Buangan | Asam Urat (Uric Acid) |
Kelompok Hewan Penghasil |
|
Toksisitas | Relatif nontoksik, aman meskipun terakumulasi dalam jumlah tinggi. |
Kelarutan dalam Air | Sangat rendah. Diekskresikan sebagai pasta semi-padat (mirip pasta putih pada feses burung). |
Kebutuhan Air | Sangat hemat air — ideal untuk habitat kering dan kondisi dehidrasi ekstrem. |
Keuntungan | Minim kehilangan air saat ekskresi → sangat efisien dalam konservasi air. |
Kekurangan | Produksi asam urat membutuhkan energi paling tinggi dibanding urea atau amonia (butuh banyak ATP). |
Produksi Minor pada Hewan Lain | Hewan lain (termasuk manusia) menghasilkan sedikit asam urat dari pemecahan purin (DNA/RNA). |
Contoh Masalah Klinis |
|
Faktor Evolusioner & Lingkungan | Pengaruh terhadap Jenis Zat Buangan Bernitrogen |
---|---|
Ketersediaan Air (Habitat) |
|
Mode Reproduksi |
|
Metabolisme (Endoterm vs Ektoterm) |
|
Tipe Makanan (Diet) |
|
Keuntungan Evolusioner Asam Urat |
|
Topik | Penjelasan |
---|---|
Proses Ekskresi |
Proses fisiologis untuk membuang zat sisa metabolisme, terutama nitrogen, serta menjaga keseimbangan air dan elektrolit. Terdiri dari empat tahap:
|
Sekilas Sistem Ekskresi | Meski beragam secara evolusioner, sistem ekskresi di berbagai hewan mengikuti tema dasar: struktur tubular tempat filtrasi, reabsorpsi, sekresi, dan ekskresi berlangsung. |
Protonefridia | Sistem ekskresi paling sederhana yang ditemukan pada platyhelminthes (cacing pipih). Terdiri dari sel api (flame cells) yang memompa cairan ke luar tubuh melalui tabung bercabang. |
Metanefridia | Ditemukan pada annelida (cacing tanah). Terdiri dari sepasang tabung per segmen tubuh yang menangkap cairan tubuh dan menyaringnya, lalu ekskresi melalui nefridiopora. |
Tabung Malpighi | Ditemukan pada serangga. Tabung ini mengumpulkan limbah dari hemolimfa dan membawanya ke usus untuk ekskresi bersama feses. Tidak ada filtrasi awal seperti ginjal. |
Ginjal (Vertebrata) | Organ ekskresi kompleks berbentuk tubular. Terdiri dari ribuan nefron sebagai unit fungsional. Proses filtrasi darah → pembentukan urin → ekskresi melalui uretra. |
Filtrasi Darah (pada Mamalia) | Terjadi di glomerulus dalam kapsul Bowman. Plasma darah disaring masuk ke tubulus nefron berdasarkan ukuran molekul dan tekanan hidrostatik. |
Jalur Filtrat (alur nefron) | Filtrat mengalir melalui: kapsul Bowman → tubulus proksimal → lengkung Henle → tubulus distal → duktus kolektivus, lalu menuju pelvis renalis dan keluar sebagai urin. |
Pembuluh Darah Terkait |
|
Langkah | Nama Proses | Penjelasan |
---|---|---|
1 | Filtrasi (Filtration) | Cairan tubuh (darah, hemolimfe, atau cairan selom) bersentuhan dengan epitelium transpor. Tekanan hidrostatik mendorong air dan zat terlarut kecil (garam, glukosa, asam amino, zat buangan nitrogen) melewati membran, membentuk filtrat. Molekul besar seperti protein tetap tinggal. |
2 | Reabsorpsi (Reabsorption) | Zat-zat berguna seperti glukosa, asam amino, vitamin, ion tertentu, dan air diambil kembali dari filtrat ke dalam cairan tubuh melalui transpor aktif atau osmosis. Menjaga efisiensi dan keseimbangan internal. |
3 | Sekresi (Secretion) | Zat-zat non-esensial atau toksik (ion kelebihan, obat, limbah metabolik) ditambahkan ke dalam filtrat melalui transpor aktif. Membantu mempercepat pembuangan zat berbahaya. |
4 | Ekskresi (Excretion) | Filtrat yang telah diproses kini menjadi urin dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran ekskresi (misalnya uretra pada mamalia). |

Sekilas Sistem Ekskresi
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Prinsip Umum | Meskipun beragam, hampir semua sistem ekskresi hewan tersusun dari jejaring tubulus kompleks yang memungkinkan pertukaran air, ion, dan zat buangan dengan efisien. |
Fungsi Utama Tubulus Ekskresi | Memberikan area permukaan luas untuk filtrasi, reabsorpsi, sekresi, dan ekskresi zat terlarut (termasuk limbah nitrogen). |
Kelompok Hewan dan Sistem Ekskresinya |
|
Tujuan Evolusioner Umum | Mengelola keseimbangan air dan ion, serta membuang limbah nitrogen dengan cara yang sesuai dengan habitat dan fisiologi masing-masing hewan. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Pengertian | Protonefridia adalah sistem ekskresi berupa jejaring tubulus buntu yang menyebar ke seluruh tubuh dan terbuka ke luar. Umumnya ditemukan pada hewan yang tidak memiliki selom. |
Kelompok Hewan |
|
Struktur Utama |
|
Proses Kerja |
|
Fungsi |
|
Keunikan | Sistem ekskresi paling sederhana secara struktural, namun menunjukkan fleksibilitas fungsi tergantung lingkungan dan fisiologi hewan. |

Metanefridia
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Pengertian | Metanefridia adalah organ ekskresi tubular yang terbuka secara internal ke selom dan umum ditemukan pada hewan bersegmentasi seperti anelida. |
Kelompok Hewan | Anelida, seperti cacing tanah. |
Struktur dan Komponen |
|
Proses Kerja |
|
Fungsi |
|
Karakteristik Urin | Hipoosmotik terhadap cairan tubuh → membantu mengurangi kelebihan air dari osmosis di lingkungan lembap. |
Keunikan | Organ tubular yang kompleks, terbuka ke dalam dan keluar tubuh, serta dilengkapi sistem transport aktif dan jaringan kapiler yang efisien. |

Tabung Malpighi
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Pengertian | Tabung Malpighi adalah sistem ekskresi khas serangga dan artropoda darat yang mengeluarkan limbah nitrogen dan mengatur keseimbangan air tanpa melalui proses filtrasi. |
Kelompok Hewan | Serangga dan artropoda darat lainnya. |
Struktur dan Letak |
|
Mekanisme Kerja |
|
Jenis Zat Buangan | Asam urat (tidak larut, dikeluarkan sebagai padatan semi-kering bersama feses). |
Fungsi |
|
Keunggulan Evolusioner | Kemampuan menghemat air sangat tinggi, menjadikan sistem ini adaptasi kunci kesuksesan serangga di habitat darat. |

Ginjal
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Pengertian | Ginjal adalah organ ekskresi dan osmoregulasi yang terdiri atas jejaring tubulus terspesialisasi yang terhubung erat dengan kapiler, dan berfungsi menyaring darah serta membuang zat buangan. |
Kelompok Hewan | Vertebrata (ikan, amfibi, reptil, burung, mamalia) dan beberapa kordata lain seperti hagfish. |
Fungsi Utama |
|
Struktur Dasar |
|
Saluran Terkait |
|
Ciri Khusus Evolusi |
|
Kesimpulan | Ginjal adalah sistem ekskresi yang kompleks dan efisien, berbasis tubular, dan terintegrasi erat dengan sistem peredaran darah. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Organ Utama | Sistem ekskresi mamalia berpusat pada sepasang ginjal. |
Aliran Darah ke Ginjal |
|
Rute Urin |
|
Struktur Ginjal |
|
Unit Fungsional: Nefron |
|
Struktur Mikroskopik Nefron |
|
Kesimpulan | Sistem ekskresi mamalia sangat kompleks namun efisien, mengintegrasikan filtrasi, reabsorpsi, sekresi, dan ekskresi melalui jaringan nefron dan saluran ekskretori. |

filtrasi darah
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Lokasi Filtrasi | Terjadi di glomerulus, bola kapiler berpori, yang dikelilingi oleh kapsula Bowman, bagian awal nefron. |
Prinsip Mekanis | Tekanan darah mendorong cairan dari dalam glomerulus masuk ke lumen kapsula Bowman. |
Permeabilitas Membran |
|
Kandungan Filtrat |
Filtrat dalam kapsula Bowman mengandung:
|
Sifat Filtrasi | Tidak selektif terhadap molekul kecil – semua molekul kecil dalam plasma akan ikut masuk ke filtrat, termasuk yang nantinya masih berguna. |
Urutan Jalur Filtrat | Nama Struktur | Penjelasan & Fungsi |
---|---|---|
1 | Kapsula Bowman | Filtrat terbentuk melalui filtrasi tekanan darah dari glomerulus. |
2 | Tubulus Proksimal | Reabsorpsi besar-besaran air, ion, glukosa, asam amino, dan nutrien lainnya ke dalam darah. |
3 | Lengkung Henle |
Saluran menurun: permeabel terhadap air → reabsorpsi air. Saluran menaik: impermeabel terhadap air → reabsorpsi ion. Hanya dimiliki mamalia & beberapa burung → penting untuk menghasilkan urin hiperosmotik. |
4 | Tubulus Distal | Penyesuaian akhir ion dan pH. Merespon hormon seperti aldosteron untuk pengaturan Na⁺/K⁺. |
5 | Saluran Pengumpul | Menerima filtrat dari beberapa nefron. Reabsorpsi air dikontrol oleh hormon ADH → berperan dalam konsentrasi akhir urin. |
6 | Pelvis Renal | Ruang penampung akhir sebelum urin dialirkan ke ureter. |
7 | Ureter | Saluran yang membawa urin dari pelvis ginjal ke kandung kemih. |
No | Nama Pembuluh | Lokasi & Struktur Terkait | Fungsi |
---|---|---|---|
1 | Arteriola aferen | Membawa darah dari arteri renal ke glomerulus | Mengatur tekanan darah untuk filtrasi di glomerulus |
2 | Kapiler glomerulus | Tersusun rapat dalam kapsula Bowman | Tempat terjadinya filtrasi darah menghasilkan filtrat awal |
3 | Arteriola eferen | Keluar dari glomerulus, lebih kecil dari aferen | Mengatur tekanan filtrasi & mendistribusikan darah ke kapiler berikutnya |
4 | Kapiler peritubular | Mengelilingi tubulus proksimal & distal | Reabsorpsi zat-zat penting dari tubulus kembali ke darah |
5 | Vasa rekta | Kapiler berbentuk jepit rambut sejajar dengan lengkung Henle pada nefron jukstamedularis | Berfungsi sebagai bagian sistem lawan-arus untuk mempertahankan gradien osmotik medula ginjal → penting untuk konsentrasi urin |
1. Pemrosesan Filtrat Darah Menjadi Urin (Organisasi Nefron)
Urutan | Bagian Nefron | Fungsi Utama |
---|---|---|
1 | Tubulus Proksimal | Reabsorpsi glukosa, asam amino, ion Na⁺, dan air; sekresi zat toksik. Menurunkan volume filtrat tanpa mengubah osmolaritas. |
2 | Saluran Menurun Lengkung Henle | Permeabel terhadap air, tetapi tidak terhadap garam. Air keluar → filtrat makin pekat saat turun ke medula. |
3 | Saluran Menaik Lengkung Henle | Tidak permeabel terhadap air. Garam (NaCl) diangkut keluar secara pasif (bagian bawah) dan aktif (bagian atas) → menciptakan gradien osmotik. |
4 | Tubulus Distal | Mengatur pH, kalium, dan konsentrasi ion-ion. Reabsorpsi tambahan NaCl dan air di bawah pengaruh hormon (mis. aldosteron). |
5 | Saluran Pengumpul | Permeabilitas terhadap air tergantung hormon ADH → kontrol akhir volume dan konsentrasi urin. Reabsorpsi urea di bagian akhir membantu memperkuat gradien medula. |
2. Model Dua Zat Terlarut dalam Gradien Osmotik Medula Ginjal
Zat Terlarut | Peran | Lokasi Utama |
---|---|---|
NaCl (Garam) | Ditransport secara aktif di saluran menaik Henle → menciptakan gradien osmotik → menarik air keluar di saluran menurun Henle. | Lengkung Henle dan medula |
Urea | Dapat berdifusi keluar dari saluran pengumpul di medula dalam → membantu meningkatkan osmolaritas medula secara lokal. | Saluran pengumpul dan medula dalam |
3. Adaptasi Ginjal Vertebrata terhadap Lingkungan
Kelompok Hewan | Adaptasi Ginjal | Tujuan Adaptasi |
---|---|---|
Burung dan Reptil Lain | Burung memiliki nefron jukstamedularis → menghasilkan urin pekat. Ekskresi nitrogen utama: asam urat → hemat air. Beberapa reptil kekurangan nefron jukstamedularis. | Konservasi air di lingkungan darat, produksi ekskret semi-padat. |
Ikan Air Tawar dan Amfibia | Menghasilkan urin encer; reabsorpsi ion aktif dari urin → mencegah kehilangan garam; kulit permeabel membantu osmoregulasi. | Membuang kelebihan air dan mempertahankan ion tubuh karena lingkungan hipotonik. |
Ikan Laut Bertulang Keras | Kehilangan air lewat osmosis → minum air laut dan mengekskresikan garam berlebih lewat insang dan sedikit urin. | Mencegah dehidrasi di lingkungan hipertonik (laut). |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Utama | Reabsorpsi ion, air, dan nutrien esensial dari filtrat kembali ke tubuh; sekresi zat buangan dan pengaturan pH. |
Reabsorpsi Garam | Na⁺ diserap secara aktif ke cairan interstisial → menarik Cl⁻ secara pasif karena beda muatan → meningkatkan tekanan osmotik. |
Reabsorpsi Air | Osmosis mengikuti reabsorpsi garam, air berdifusi ke cairan interstisial dan masuk ke kapiler peritubular. |
Reabsorpsi Nutrien | Glukosa, asam amino, ion K⁺, HCO₃⁻ dan zat penting lainnya direabsorpsi secara aktif dan pasif. |
Regulasi pH |
- Sekresi H⁺ oleh sel epitel. - Sintesis amonia (NH₃) yang menangkap H⁺ menjadi NH₄⁺. - Reabsorpsi 90% HCO₃⁻ dari filtrat. |
Penanganan Zat Toksik | Obat dan racun yang telah diproses hati disekresikan secara aktif ke dalam lumen tubulus. |
Perlambatan Reabsorpsi Urea | Urea hanya sedikit diserap ulang → tetap dalam filtrat dan dikeluarkan dalam urin. |
Efek Akhir | Volume filtrat berkurang drastis, sedangkan zat buangan seperti urea dan racun menjadi terkonsentrasi. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Utama | Reabsorpsi air dari filtrat melalui osmosis. |
Permeabilitas Epitel | Sangat permeabel terhadap air (karena banyak akuaporin), namun hampir tidak permeabel terhadap garam dan zat terlarut kecil lainnya. |
Peran Protein | Protein akuaporin membentuk saluran air yang memungkinkan air keluar dari tubulus. |
Lingkungan Interstisial | Cairan interstisial di medula ginjal semakin hiperosmotik (semakin pekat) dari luar ke dalam, memungkinkan osmosis air keluar dari tubulus. |
Hasil Osmosis | Air keluar dari filtrat → filtrat menjadi semakin pekat (osmolaritas meningkat) saat bergerak menurun ke medula. |
Efek terhadap Filtrat | Volume filtrat menurun, tetapi konsentrasi zat terlarut meningkat secara progresif saat bergerak ke bawah. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Utama | Mengurangi osmolaritas filtrat dengan cara membuang NaCl (garam), tanpa kehilangan air. |
Permeabilitas Air | Tidak permeabel terhadap air (tidak memiliki saluran air/akuaporin). |
Struktur Segmen |
|
Efek terhadap Cairan Interstisial | Menjaga osmolaritas tinggi medula ginjal, penting untuk konservasi air. |
Efek terhadap Filtrat | Filtrat menjadi semakin encer karena kehilangan garam tetapi tidak kehilangan air. |
Peran dalam Sistem Lawan Arus | Bekerja bersama saluran menurun lengkung Henle dan vasa rekta untuk membentuk sistem lawan-arus (countercurrent system), menciptakan gradien osmotik dalam medula. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Utama | Regulasi ion dan pH filtrat akhir sebelum masuk ke saluran pengumpul. |
Regulasi Ion K+ | Mengatur jumlah ion kalium (K+) yang disekresikan ke dalam filtrat berdasarkan kebutuhan tubuh. |
Reabsorpsi NaCl | Reabsorpsi NaCl secara selektif dari filtrat untuk mengatur tekanan osmotik dan volume darah. |
Regulasi pH | Mengontrol sekresi ion H+ dan reabsorpsi ion bikarbonat (HCO₃⁻) untuk menjaga keseimbangan asam-basa cairan tubuh. |
Jenis Transport | Transpor aktif dan pasif, tergantung kebutuhan homeostasis tubuh. |
Koordinasi dengan Hormon | Dipengaruhi oleh hormon seperti aldosteron untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Utama | Mengangkut filtrat dari tubulus distal ke pelvis renal dan menyesuaikan konsentrasi akhir urin. |
Perjalanan Filtrat | Filtrat mengalir menuruni medula ginjal, melewati gradien konsentrasi osmolaritas yang meningkat. |
Permeabilitas Air | Dikendalikan oleh hormon ADH (antidiuretik); saluran akuaporin memungkinkan reabsorpsi air saat dibutuhkan. |
Permeabilitas Garam | Epitel saluran pengumpul tidak permeabel terhadap NaCl di sebagian besar wilayahnya, kecuali NaCl dapat ditranspor aktif jika urin perlu diencerkan. |
Permeabilitas Urea | Di medula bagian dalam, epitel menjadi permeabel terhadap urea, memungkinkan difusi keluar ke cairan interstisial untuk menambah gradien osmotik. |
Kondisi Osmotik Urin | Urin menjadi hiperosmotik terhadap cairan tubuh saat tubuh menghemat air, atau hipoosmotik saat membuang kelebihan air. |
Kontrol Hormon | Dipengaruhi oleh hormon seperti ADH, aldosteron, dan ANF untuk mengatur volume dan konsentrasi urin serta tekanan darah. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Pentingnya Konservasi Air | Adaptasi penting bagi hewan darat. Ginjal mamalia mampu mengekskresikan urin yang jauh lebih pekat dibandingkan darah. |
Osmolaritas Darah vs Urin | Osmolaritas darah manusia: ~300 mOsm/L. Ginjal bisa hasilkan urin hingga ~1.200 mOsm/L (4x lipat). Tikus gurun: hingga 9.300 mOsm/L (25x lipat). |
Energi dan Transport Aktif | Diperlukan banyak energi untuk melakukan transport aktif zat melawan gradien konsentrasi dalam menciptakan urin hiperosmotik. |
Peran Lengkung Henle | Bertindak sebagai "mesin" penghasil gradien osmolaritas, penting dalam menarik air dari filtrat di saluran pengumpul. |
Zat Terlarut Utama |
|
Hasil Akhir | Gradien osmotik di medula ginjal memungkinkan air terserap dari saluran pengumpul → menghasilkan urin pekat → konservasi air tubuh. |

model dua zat terlarut
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Tujuan Model | Memahami bagaimana nefron mamalia membentuk urin hiperosmotik dengan memanfaatkan gradien konsentrasi NaCl dan urea di medula ginjal. |
Awal Proses | Filtrat dari kapsula Bowman (~300 mOsm/L) → reabsorpsi air & garam di tubulus proksimal → volume berkurang, osmolaritas tetap. |
Saluran Menurun Lengkung Henle | Permeabel terhadap air, tidak terhadap garam → air keluar melalui osmosis → filtrat makin pekat hingga mencapai ~1.200 mOsm/L di dasar lengkung. |
Saluran Menaik Lengkung Henle | Tidak permeabel terhadap air. NaCl berdifusi (segmen tipis) dan ditranspor aktif (segmen tebal) → menurunkan osmolaritas filtrat, meningkatkan osmolaritas medula. |
Countercurrent Multiplier | Sistem lawan-arus di lengkung Henle yang menggunakan energi untuk membentuk dan memperkuat gradien osmolaritas medula ginjal. |
Vasa Rekta | Kapiler yang melawan arah filtrat, mempertahankan gradien osmotik tanpa "menghapus" garam → difusi terbalik saat aliran naik & turun. |
Energi yang Digunakan | Transpor aktif NaCl di saluran menaik → konsumsi ATP tinggi → menjadikan ginjal salah satu organ dengan laju metabolik tertinggi. |
Saluran Pengumpul | Permeabel terhadap air (tapi tidak garam) → osmosis menarik air keluar menuju medula → filtrat makin pekat saat menuju pelvis ginjal. |
Peran Urea | Berdifusi dari saluran pengumpul ke interstisial medula → meningkatkan osmolaritas → didaur ulang sebagian ke lengkung Henle. |
Hasil Akhir | Urin hiperosmotik (~1.200 mOsm/L) terbentuk → isoosmotik terhadap medula dalam, tapi hiperosmotik terhadap darah → efisien dalam konservasi air. |

adaptasi ginjal vertebrata terhadap beraneka ragam lingkungan
Jenis Habitat | Contoh Vertebrata | Adaptasi Ginjal | Tujuan Adaptasi |
---|---|---|---|
Gurun (kering ekstrem) | Tikus lompat Australia |
- Nefron jukstamedularis sangat dominan - Lengkung Henle sangat panjang - Urin sangat pekat (hingga 9.300 mOsm/L) |
Menghemat air sebanyak mungkin; memproduksi urin sangat pekat untuk mencegah dehidrasi |
Habitat darat lembap (sejuk/lembap) | Manusia, rusa, anjing |
- Kombinasi nefron kortikal dan jukstamedularis - Kemampuan fleksibel dalam mengatur kepekatan urin |
Menyesuaikan keperluan osmoregulasi dengan kondisi lingkungan sedang |
Lingkungan air tawar | Ikan air tawar, amfibia |
- Nefron pendek (tidak memiliki lengkung Henle) - Ekskresi urin sangat encer - Reabsorpsi garam aktif dari filtrat & kulit |
Mengeluarkan kelebihan air yang terus masuk secara osmosis dari lingkungan hipotonik |
Lingkungan air laut (hipertonik) | Ikan laut bertulang keras (teleost) |
- Nefron sederhana, tanpa lengkung Henle - Minum air laut, ekskresi ion melalui insang - Sedikit urin, dengan sedikit kehilangan air |
Menghindari kehilangan air, membuang kelebihan ion |
Burung laut dan reptil laut | Burung camar, iguana laut |
- Nefron jukstamedularis pendek atau sedang - Ekskresi kelebihan garam melalui kelenjar garam (di paruh atau mata) |
Membantu ekskresi ion dari air laut, sambil tetap mengonservasi air |
Kelompok Mamalia | Contoh Hewan | Lingkungan Hidup | Adaptasi Ginjal | Kemampuan Memekatkan Urin |
---|---|---|---|---|
Mamalia gurun |
- Tikus pelompat Australia - Tikus kangguru (AS) |
Sangat kering (gurun) |
- Lengkung Henle sangat panjang - Nefron jukstamedularis dominan - Medula ginjal sangat tebal |
Sangat tinggi (hingga 25–30× konsentrasi darah) |
Mamalia darat (lembap) |
- Kelinci - Kucing hutan |
Terestrial, iklim sedang hingga lembap |
- Lengkung Henle sedang - Kombinasi nefron kortikal dan jukstamedularis |
Menengah |
Mamalia air tawar |
- Berang-berang - Tikus kesturi |
Air tawar (sungai/danau) |
- Lengkung Henle pendek - Banyak nefron kortikal - Urin cenderung encer |
Rendah (kemampuan memekatkan urin terbatas) |
Kelompok | Contoh Hewan | Tipe Nefron | Ekskresi Zat Bernitrogen | Strategi Konservasi Air | Kemampuan Memekatkan Urin |
---|---|---|---|---|---|
Burung |
- Albatros - Roadrunner |
- Kombinasi nefron kortikal dan jukstamedularis - Lengkung Henle tidak sepanjang mamalia |
Asam urat (uricotelik) |
- Ekskresi asam urat dalam bentuk pasta - Sedikit kehilangan air - Reabsorpsi air di kloaka |
Hiperosmotik, tapi tidak sepekat mamalia |
Reptil non-burung |
- Kadal - Ular - Kura-kura |
- Hanya nefron kortikal - Tanpa lengkung Henle |
Asam urat (uricotelik) |
- Reabsorpsi air di kloaka - Ekskresi asam urat sebagai kristal padat |
Isoosmotik atau hipoosmotik terhadap cairan tubuh |

adaptasi ginjal pada ikan air tawar dan amfibia
Kelompok | Contoh Hewan | Kondisi Lingkungan | Karakteristik Ginjal | Strategi Osmoregulasi | Keluaran Urin |
---|---|---|---|---|---|
Ikan Air Tawar |
- Ikan mas - Lele - Gurame |
Lingkungan hipotonik (air masuk terus-menerus) |
- Banyak nefron - Laju filtrasi tinggi - Reabsorpsi ion di tubulus distal |
- Ekskresikan air berlebih - Reabsorpsi ion garam dari filtrat |
- Volume besar - Sangat encer |
Amfibia |
- Katak - Salamander |
- Air tawar atau darat - Menghadapi perubahan kondisi kelembaban |
- Ginjal mirip ikan air tawar - Adaptif terhadap habitat |
- Di air: ekskresi urin encer dan akumulasi garam lewat kulit - Di darat: reabsorpsi air lewat kandung kemih |
- Encer di air - Lebih pekat di darat (melalui reabsorpsi air) |
Kelompok | Contoh Hewan | Kondisi Lingkungan | Karakteristik Ginjal | Strategi Osmoregulasi | Keluaran Urin |
---|---|---|---|---|---|
Ikan Laut Bertulang Keras |
- Tuna - Mackerel - Ikan kembung |
Lingkungan hiperosmotik (air cenderung keluar dari tubuh) |
- Sedikit nefron - Glomerulus kecil atau tidak ada - Tanpa tubulus distal - Laju filtrasi lambat |
- Minum air laut terus-menerus - Ekskresi ion divalen (Ca²⁺, Mg²⁺, SO₄²⁻) lewat urin - Sekresi Na⁺ dan Cl⁻ melalui insang |
- Volume kecil - Urin pekat ion divalen |
Komponen Hormonal | Stimulus | Respon dan Mekanisme | Efek terhadap Ginjal | Efek terhadap Tekanan Darah & Air Tubuh |
---|---|---|---|---|
Hormon Antidiuretik (ADH) |
- Osmolaritas darah meningkat (misal: dehidrasi) - Tekanan darah menurun |
- ADH disekresikan oleh hipotalamus dan dilepaskan dari hipofisis posterior - ADH meningkatkan permeabilitas saluran pengumpul terhadap air dengan menambah saluran akuaporin |
- Lebih banyak air diserap kembali dari filtrat - Volume urin menurun |
- Menurunkan osmolaritas darah - Meningkatkan volume darah - Meningkatkan tekanan darah |
Sistem Renin–Angiotensin–Aldosteron (RAAS) |
- Penurunan tekanan darah - Penurunan volume darah |
- Sel juxtaglomerular ginjal melepaskan renin - Renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I - Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh ACE - Angiotensin II menyempitkan pembuluh darah dan merangsang pelepasan aldosteron dari kelenjar adrenal |
- Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na⁺ di tubulus distal - Air ikut terserap bersama Na⁺ |
- Meningkatkan volume darah - Meningkatkan tekanan darah |
Regulasi Homeostatik Ginjal (Integrasi ADH dan RAAS) | - Gangguan tekanan osmotik atau tekanan darah |
- Kedua sistem bekerja bersama - ADH merespon perubahan osmolaritas - RAAS merespon perubahan tekanan/volume darah |
- ADH → mengontrol reabsorpsi air - Aldosteron → mengontrol reabsorpsi garam |
- Menjaga tekanan darah dan komposisi cairan tubuh tetap stabil |
Catatan Tambahan:
ADH lebih dominan dalam merespons perubahan osmolaritas.
RAAS lebih dominan dalam merespons penurunan tekanan darah.
Kombinasi keduanya menghasilkan respon hormonal yang presisi untuk menjaga homeostasis cairan dan tekanan darah.
penyesuaian hormonal dan fisiologis ginjal mamalia terhadap keseimbangan air, tekanan darah, dan kebutuhan ekskresi
Kondisi Tubuh / Lingkungan | Respon Ginjal | Jenis Urin | Peran Hormon | Contoh Adaptasi (Kelelawar Vampir) |
---|---|---|---|---|
Asupan garam tinggi, ketersediaan air rendah | Ekskresi urea & garam secara efisien, konservasi air maksimal | Urin hiperosmotik (> 1200 mOsm/L) |
- ADH meningkat → reabsorpsi air - RAAS menyesuaikan reabsorpsi garam |
Menghasilkan urin sangat pekat (hingga 4600 mOsm/L) saat istirahat di sarang |
Asupan air tinggi, sedikit garam | Ekskresi kelebihan air, konservasi ion penting | Urin hipoosmotik (serendah 70 mOsm/L) |
- ADH ditekan → permeabilitas air menurun - Aldosteron menyesuaikan ekskresi ion |
Menghasilkan urin encer dalam volume besar saat makan darah |
Kelebihan protein (produksi urea tinggi) | Buang urea dengan efisien sambil menghemat air | Urin sangat pekat (hiperosmotik) |
- ADH tinggi - Reabsorpsi air maksimum |
Saat tidak memiliki akses air minum, kelelawar mengekskresikan urea dengan sedikit air |
Perubahan kondisi cepat (makan → istirahat) | Berpindah cepat dari produksi urin encer ke urin pekat | Adaptif: Hipoosmotik → Hiperosmotik | - Respons cepat ADH & RAAS terhadap kebutuhan tubuh | Mampu menyesuaikan output urin dalam waktu singkat untuk efisiensi energi dan mobilitas |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Nama Hormon | Antidiuretic Hormone (ADH) / Vasopresin |
Tempat Produksi | Hipotalamus (otak), disimpan di kelenjar pituitari posterior |
Pemicu Sekresi | Osmolaritas darah meningkat (> 300 mOsm/L), misalnya setelah makan asin atau dehidrasi |
Target Organ | Tubulus distal dan saluran pengumpul di ginjal |
Efek pada Ginjal |
- Meningkatkan jumlah saluran air (akuaporin) di membran sel - Meningkatkan permeabilitas terhadap air → reabsorpsi air meningkat - Urin menjadi lebih pekat, volumenya menurun |
Efek Homeostatik | Menurunkan osmolaritas darah kembali ke titik setelan (300 mOsm/L) |
Umpan Balik Negatif | Saat osmolaritas turun → sekresi ADH ditekan → permeabilitas air menurun → urin encer dan banyak |
Gangguan: Diabetes Insipidus |
- Penyebab: Mutasi gen ADH atau reseptornya, atau mutasi gen akuaporin - Gejala: Produksi urin yang sangat banyak dan encer → dehidrasi berat |
Faktor Eksternal Pengganggu | Alkohol → menghambat sekresi ADH → buang air berlebih dan dehidrasi |
Contoh Efek Klinis | Sakit kepala setelah konsumsi alkohol karena dehidrasi akibat penekanan ADH |

Sistem Renin–Angiotensin–Aldosteron (RAAS)
Komponen | Fungsi / Peran |
---|---|
Aparatus Jukstaglomerular (JGA) | Terletak di dekat arteriola aferen glomerulus; mendeteksi penurunan tekanan darah/volume darah dan merespons dengan mengeluarkan renin. |
Renin | Enzim yang dilepaskan oleh JGA saat tekanan darah turun; memecah angiotensinogen menjadi angiotensin I. |
Angiotensinogen | Protein plasma yang diproduksi oleh hati; substrat untuk renin dalam pembentukan angiotensin I. |
Angiotensin I | Peptida tidak aktif; diubah menjadi angiotensin II oleh ACE (enzim pengubah angiotensin). |
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) | Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II; banyak ditemukan pada endotel paru-paru. |
Angiotensin II |
Peptida aktif yang: - Menyempitkan arteriola → tekanan darah naik - Mengurangi aliran darah ke kapiler, termasuk ginjal - Merangsang pelepasan aldosteron dari kelenjar adrenal |
Aldosteron | Hormon dari korteks adrenal; meningkatkan reabsorpsi Na⁺ dan air di tubulus distal → volume dan tekanan darah naik. |
Efek Akhir RAAS | Meningkatkan tekanan darah dan volume darah untuk mengembalikan homeostasis. |
Penggunaan Klinis | Obat antihipertensi: inhibitor ACE → mencegah pembentukan angiotensin II → tekanan darah turun. |

regulasi homeostatik ginjal
Hormon / Sistem | Pemicu Aktivasi | Efek Utama | Tujuan Homeostatik |
---|---|---|---|
ADH (Antidiuretik) |
↑ Osmolaritas darah (dehidrasi, kehilangan air tanpa garam) |
- ↑ Permeabilitas air di tubulus distal & saluran pengumpul - ↑ Reabsorpsi air - ↓ Volume urin |
Menurunkan osmolaritas darah (mempertahankan keseimbangan air) |
RAAS (Renin–Angiotensin–Aldosteron) |
↓ Volume & tekanan darah (kehilangan darah, diare, cedera) |
- Renin → Angiotensin II → Vasokonstriksi - Angiotensin II → Aldosteron → ↑ reabsorpsi Na⁺ dan air |
Meningkatkan volume & tekanan darah (mempertahankan sirkulasi & perfusi) |
ANP (Atrial Natriuretic Peptide) |
↑ Volume darah dan tekanan atrium (kelebihan cairan) |
- ↓ Pelepasan renin - ↓ Reabsorpsi NaCl di saluran pengumpul - ↓ Sekresi aldosteron |
Menurunkan volume & tekanan darah (mencegah hipertensi dan overload cairan) |