Pondok Tahfidz & Bimbel SNBT Karangmojo

Materi: Biologi (Bab 44 - Osmoregulasi Dan Ekskresi )

Topik Deskripsi
Spesies Unggulan Albatros pengembara (Diomedea exulans) memiliki rentang sayap hingga 3,5 m, terbesar di antara burung yang hidup saat ini. Hidup di laut sepanjang tahun, kembali ke darat hanya untuk bereproduksi.
Adaptasi Fisiologis Mampu bertahan hidup tanpa air tawar dengan mengandalkan osmoregulasi.
Definisi Osmoregulasi Proses pengontrolan konsentrasi zat terlarut serta penyeimbangan perolehan dan kehilangan air. Termasuk dalam proses homeostasis.
Tujuan Osmoregulasi Menjaga kestabilan kadar air dan ion-ion penting (misalnya natrium dan kalsium) demi fungsi otot dan sel normal.
Tantangan Osmoregulasi
  • Hewan gurun: risiko kehilangan air tinggi.
  • Hewan laut (termasuk albatros): risiko dehidrasi, harus membuang garam berlebih.
  • Hewan air tawar: risiko kelebihan air, harus menyimpan zat terlarut dan menyerap garam dari lingkungan.
Ekskresi Pengeluaran metabolit bernitrogen (seperti amonia) yang toksik dari hasil pemecahan protein dan asam nukleat.
Keterkaitan Sistem Sistem ekskresi dan osmoregulasi saling terhubung secara struktural dan fungsional pada banyak hewan.
Konsep : Osmoregulasi menyeimbangkan pengambilan dan kehilangan air dan zat terlarut
Konsep Penjelasan
Osmoregulasi Proses fisiologis untuk menyeimbangkan pengambilan dan kehilangan air serta zat terlarut guna mempertahankan homeostasis internal.
Osmosis dan Osmolaritas Osmosis adalah pergerakan air melalui membran semipermeabel. Osmolaritas adalah konsentrasi total zat terlarut yang mempengaruhi arah osmosis. Perbedaan osmolaritas menyebabkan pergerakan air.
Tantangan Osmotik Hewan menghadapi tekanan lingkungan untuk mempertahankan keseimbangan air dan ion. Tantangan berbeda muncul tergantung apakah hewan berada di laut, air tawar, darat, atau lingkungan yang fluktuatif.
Hewan Laut Menghadapi risiko dehidrasi karena lingkungan hiperosmotik. Contoh: albatros dan ikan laut. Strategi: minum air laut dan ekskresi garam melalui insang atau kelenjar garam.
Hewan Perairan Tawar Menghadapi risiko kelebihan air karena lingkungan hipoosmotik. Mereka membatasi pengambilan air, mengeluarkan urin encer, dan aktif menyerap garam dari air melalui insang atau kulit.
Hewan di Perairan Sementara Harus beradaptasi terhadap kondisi kering musiman. Contoh: tardigrada dan rotifera. Mereka dapat memasuki keadaan dormansi metabolik (kriptobiosis) untuk bertahan tanpa air.
Hewan Darat Rentan kehilangan air lewat penguapan. Adaptasi: kulit kedap air, perilaku nokturnal, urin pekat, dan penggunaan kelenjar ekskresi seperti nefron ginjal untuk konservasi air.
Energetika Osmoregulasi Osmoregulasi membutuhkan energi, terutama pada organisme yang aktif mengangkut ion melawan gradien konsentrasi. Osmokonformer umumnya lebih hemat energi dibanding osmoregulator.
Epitelium Transpor Lapisan jaringan khusus yang bertugas mengatur perpindahan ion dan air. Contoh: insang ikan laut, kelenjar garam burung laut, tubulus ginjal vertebrata.
Osmosis dan Osmolaritas
Konsep Penjelasan
Kebutuhan Osmoregulasi Semua hewan, tanpa memandang filogeni atau habitat, harus menjaga keseimbangan antara pengambilan dan kehilangan air. Ketidakseimbangan menyebabkan sel membengkak dan pecah, atau mengerut dan mati.
Pengertian Osmosis Pergerakan air melintasi membran selektif permeabel dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah ke yang lebih tinggi. Merupakan bentuk khusus difusi air.
Pengertian Osmolaritas Konsentrasi total zat terlarut dalam larutan, dinyatakan dalam satuan miliOsmol per liter (mOsm/L). Contoh: darah manusia ≈ 300 mOsm/L, air laut ≈ 1000 mOsm/L.
Larutan Isoosmotik Dua larutan yang memiliki osmolaritas sama. Tidak ada pergerakan neto air karena aliran air ke kedua arah seimbang.
Larutan Hiperosmotik Larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dibanding larutan lain yang dibandingkan.
Larutan Hipoosmotik Larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah dibanding larutan lain yang dibandingkan.
Arah Pergerakan Air Air selalu mengalir melalui osmosis dari larutan hipoosmotik menuju larutan hiperosmotik, hingga tercapai keseimbangan.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
Tantangan Osmotik
Konsep Penjelasan
Cara Hewan Menyeimbangkan Air 1. Osmokonformer: isoosmotik dengan lingkungan.
2. Osmoregulator: menjaga osmolaritas internal terlepas dari lingkungan.
Osmokonformer Hewan laut yang osmolaritas internalnya sama dengan lingkungan. Tidak mengalami aliran neto air. Umumnya hidup di perairan stabil.
Osmoregulator Menjaga konsentrasi internal meski lingkungan berubah. Contoh: hewan darat, air tawar, dan sebagian hewan laut.
- Di lingkungan hipoosmotik: harus membuang kelebihan air.
- Di lingkungan hiperosmotik: harus menyerap air.
Stenohalin Hewan yang tidak mampu mentoleransi perubahan besar osmolaritas eksternal. Mayoritas hewan termasuk dalam kelompok ini.
Eurihalin Hewan yang dapat hidup dalam rentang osmolaritas eksternal yang luas. Contoh: teritip, kerang (osmokonformer), ikan bass belang, salmon (osmoregulator).
Kesimpulan Osmoregulasi memberi fleksibilitas ekologis lebih tinggi dibanding osmokonformitas, memungkinkan eksplorasi habitat darat dan air tawar.
hewan laut dan tantangan osmotiknya
Jenis Hewan Laut Jenis Osmoregulasi Strategi Osmoregulasi
Invertebrata Laut (umumnya) Osmokonformer Osmolaritas tubuh ≈ air laut, sehingga tidak menghadapi tekanan osmotik besar. Namun, tetap perlu mentranspor zat terlarut tertentu secara aktif untuk menjaga keseimbangan ion spesifik.
Vertebrata Laut (misalnya ikan bertulang keras: kod) Osmoregulator
  • Kehilangan air secara osmosis → kompensasi dengan meminum banyak air laut.
  • Menggunakan insang dan ginjal untuk mengeluarkan garam.
  • Sel klorida aktif mentranspor Cl⁻ keluar, Na⁺ mengikuti secara pasif.
  • Ion lain (Ca²⁺, Mg²⁺, SO₄²⁻) diekskresikan lewat ginjal.
Hiu dan sebagian besar Chondrichthyes (ikan bertulang rawan) Hampir Osmokonformer (Osmolaritas ≈ air laut)
  • Garam dari laut berdifusi masuk, terutama lewat insang.
  • Tidak minum air laut; cairan tubuh kaya urea dan TMAO → meningkatkan osmolaritas internal.
  • Air masuk sedikit demi sedikit → dikeluarkan melalui urin.
  • Kelebihan garam diekskresikan lewat ginjal, feses, dan kelenjar rektal.
konsep osmoregulasi pada hewan perairan tawar
Jenis Hewan Masalah Osmotik Strategi Osmoregulasi
Hewan perairan tawar (umum, termasuk ikan perch)
  • Air masuk ke tubuh secara osmosis (lingkungan hipoosmotik).
  • Garam hilang melalui difusi dan ekskresi urin.
  • Jarang minum air.
  • Mengeluarkan urin yang sangat encer dalam jumlah besar.
  • Mengganti garam melalui makanan dan pengambilan aktif oleh insang (Cl⁻ aktif, Na⁺ pasif).
Ikan migrasi (eurihalin, misalnya salmon) Mengalami perubahan lingkungan ekstrem: dari air laut (hiperosmotik) ke air tawar (hipoosmotik), sehingga menuntut perubahan strategi osmoregulasi.
  • Di laut: minum air laut, ekskresi garam lewat insang.
  • Di air tawar: berhenti minum, menghasilkan urin encer, dan menyerap garam dari insang.
konsep osmoregulasi pada hewan darat
Aspek Penjelasan
Tantangan Osmotik Utama Ancaman dehidrasi akibat kehilangan air melalui penguapan, ekskresi, dan respirasi. Kehilangan >12% air tubuh dapat berakibat fatal (pada manusia).
Adaptasi Fisik untuk Mencegah Kehilangan Air
  • Penutup tubuh tahan air seperti eksoskeleton berlilin (serangga), cangkang (bekicot), dan kulit berkeratin (vertebrata darat).
  • Perilaku nokturnal untuk menghindari penguapan pada suhu tinggi.
Rute Kehilangan Air
  • Urin dan feses
  • Penguapan dari kulit dan permukaan lembap organ pernapasan
Strategi Pemenuhan Air
  • Minum air
  • Mengonsumsi makanan yang mengandung air
  • Menghasilkan air secara metabolik dari respirasi seluler
Contoh Hewan Adaptif Tikus kanguru: tidak perlu minum, menggantikan air tubuh dari:
  • 91% dari air metabolik
  • 9% dari air dalam biji-bijian
Burung pemakan serangga dan reptil gurun: dapat bertahan tanpa minum karena efisiensi konservasi air.
Signifikansi Adaptasi Adaptasi osmoregulasi memungkinkan hewan darat hidup di lingkungan ekstrem seperti gurun, dan memperluas distribusi geografis mereka.
konsep osmoregulasi dan adaptasi hewan yang hidup di perairan sementara
Aspek Penjelasan
Masalah Osmotik Utama Dehidrasi ekstrem (desikasi) saat habitat mengering. Mayoritas hewan tidak dapat bertahan dalam kondisi kehilangan air total.
Adaptasi Kunci Anhidrobiosis – kemampuan untuk hidup tanpa air dengan memasuki fase dorman (istirahat metabolik total) saat kekeringan.
Contoh Spesies
  • Tardigrada (beruang air): dapat bertahan hingga < 2% air tubuh selama bertahun-tahun.
  • Nematoda: juga menunjukkan kemampuan anhidrobiosis.
Mekanisme Biokimia Produksi trehalosa, disakarida pelindung membran. Trehalosa menggantikan air dan menjaga stabilitas protein dan lipid saat dehidrasi.
Karakteristik Anhidrobiosis
  • Hewan tampak seperti debu saat kering.
  • Dapat kembali aktif hanya dalam beberapa jam setelah ditambahkan air.
Signifikansi Ekologis Memungkinkan organisme bertahan di lingkungan yang tidak stabil atau musiman, seperti kolam sementara, lapisan tanah lembap, atau lingkungan mikrobasah lainnya.
Energitika Osmoregulasi
Aspek Penjelasan
Penyebab Konsumsi Energi Osmoregulator harus mempertahankan gradien osmotik antara tubuh dan lingkungan, melawan kecenderungan difusi yang ingin menyamakan konsentrasi.
Metode Utama Transpor aktif digunakan untuk memompa zat terlarut melintasi membran, menjaga keseimbangan air dan garam.
Faktor yang Mempengaruhi Ongkos Energi
  • Besar perbedaan osmolaritas antara tubuh dan lingkungan
  • Permeabilitas permukaan tubuh terhadap air dan zat terlarut
  • Jumlah kerja (ATP) untuk memompa zat terlarut
Contoh Konsumsi Energi
  • Ikan air tawar dan laut: osmoregulasi menyumbang ≥5% dari laju metabolik saat istirahat.
  • Udang air asin (Great Salt Lake): osmoregulasi menyumbang hingga 30% dari laju metabolik saat istirahat.
Adaptasi Komposisi Cairan Tubuh Spesies air tawar biasanya memiliki cairan tubuh dengan osmolaritas lebih rendah dibanding kerabat lautnya, untuk mengurangi gradien osmotik dan menekan ongkos energi osmoregulasi.
Contoh Perbandingan Osmolaritas
  • Moluska laut: cairan tubuh ≈ 1000 mOsm/L
  • Kerang air tawar: cairan tubuh bisa serendah 40 mOsm/L
Kesimpulan Adaptasi terhadap habitat (air laut vs air tawar) dapat menurunkan beban energi osmoregulasi secara signifikan dan meningkatkan efisiensi metabolik.
Epitelium Transpor dalam Osmoregulasi
Aspek Penjelasan
Tujuan Osmoregulasi Menjaga komposisi zat terlarut dalam cairan tubuh internal yang membasahi sel. Ini penting karena keseimbangan internal tidak dijaga langsung oleh sel, melainkan melalui cairan di sekitarnya (hemolimfe atau cairan interstisial).
Peran Epitelium Transpor Lapisan sel epitel terspesialisasi yang mengatur pergerakan zat terlarut secara selektif dan terarah untuk mempertahankan homeostasis osmotik.
Karakteristik
  • Tersusun dalam bentuk tabung atau saluran kompleks
  • Memiliki area permukaan besar
  • Mengarah ke lingkungan luar secara langsung atau melalui saluran tubuh
Contoh Organ pada Vertebrata Ginjal: kompleks epitelium transpor yang mengontrol ekskresi dan penyerapan zat terlarut (misalnya Na⁺, Cl⁻, urea).
Contoh Adaptasi: Albatros
  • Meminum air laut, namun tetap mendapatkan air bersih secara neto.
  • Kelenjar hidung terspesialisasi sebagai epitelium transpor untuk ekskresi kelebihan garam (NaCl).
  • Menggunakan mekanisme pertukaran lawan-arus untuk menghasilkan cairan ekskretori yang lebih asin daripada air laut.
Perbandingan dengan Manusia Manusia tidak memiliki mekanisme ekskresi garam seperti albatros. Jika minum air laut, justru akan kehilangan air karena ginjal tidak bisa menghasilkan urin yang lebih asin dari air laut → menyebabkan dehidrasi.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
konsep "Zat-Zat Buangan Bernitrogen dari Seekor Hewan Mencerminkan Filogeni dan Habitatnya"
Aspek Penjelasan
Konsep Umum Zat buangan nitrogen dihasilkan dari penguraian protein dan asam nukleat. Bentuk zat buangan yang dipilih hewan mencerminkan filogeni (garis evolusi) dan habitat lingkungan tempat hidupnya.
Amonia (NH₃)
  • Sangat toksik, harus dilarutkan dan dikeluarkan segera.
  • Butuh banyak air untuk ekskresi.
  • Ekskretor: Hewan air (ikan air tawar, amfibi, invertebrata air)
  • Kelebihan: Energi rendah, ekskresi cepat.
Urea
  • Kurang toksik, bisa disimpan sementara dalam tubuh.
  • Dibentuk di hati dari amonia melalui siklus urea (butuh energi).
  • Ekskretor: Mamalia, amfibi, sebagian ikan (hiu)
  • Kelebihan: Efisien dalam penggunaan air, toksisitas rendah.
Asam Urat
  • Hampir tidak larut dalam air, dikeluarkan dalam bentuk padat/semi padat (pasta putih).
  • Ekskretor: Reptil, burung, serangga
  • Kelebihan: Penghematan air maksimal, cocok untuk habitat kering.
  • Kekurangan: Mahal secara energi metabolik.
Pengaruh Evolusi Evolusi sistem ekskresi sejalan dengan transisi habitat dari air → darat. Semakin jauh hewan dari habitat akuatik, semakin efisien zat buangan dalam menghemat air (amonia → urea → asam urat).
Pengaruh Habitat
  • Lingkungan berair: ekskresi amonia memungkinkan karena ketersediaan air tinggi.
  • Lingkungan darat lembap: urea lebih stabil dan aman.
  • Lingkungan kering/terbatas air: asam urat menjadi pilihan ideal.
bentuk zat buangan bernitrogen: Amonia (NH₃)
Aspek Penjelasan
Nama Zat Buangan Amonia (NH₃)
Toksisitas Sangat toksik; hanya dapat ditoleransi pada konsentrasi yang sangat rendah.
Kebutuhan Air Sangat tinggi. Ekskresi amonia memerlukan akses ke air dalam jumlah besar untuk pengenceran dan penghilangan.
Kelompok Hewan Penghasil
  • Spesies akuatik (umumnya)
  • Banyak invertebrata air
  • Ikan bertulang (teleostei)
Cara Ekskresi
  • Invertebrata: melalui seluruh permukaan tubuh (difusi langsung).
  • Ikan: sebagian besar melalui insang sebagai ion NH₄⁺.
  • Ginjal hanya berperan kecil dalam ekskresi amonia.
Kelebihan Tidak memerlukan energi tinggi karena tidak perlu konversi dari amonia ke bentuk lain.
Kekurangan Tidak cocok untuk habitat darat atau lingkungan dengan sedikit air karena toksisitasnya tinggi dan kebutuhan air besar.
bentuk zat buangan bernitrogen: Urea
Aspek Penjelasan
Nama Zat Buangan Urea
Asal Pembentukan Dihasilkan di hati vertebrata melalui siklus urea yang menggabungkan amonia dan karbon dioksida.
Toksisitas Rendah — dapat disimpan dalam tubuh pada konsentrasi tinggi tanpa menimbulkan kerusakan.
Kebutuhan Air Lebih hemat air dibanding amonia karena dapat diekskresikan dalam larutan pekat.
Kelompok Hewan Penghasil
  • Mamalia
  • Amfibia dewasa
  • Hiu
  • Penyu
  • Beberapa ikan laut bertulang keras
Contoh Adaptasi Peralihan Banyak amfibia mengekskresikan amonia saat akuatik (kecebong) dan urea saat dewasa di darat — mencerminkan efisiensi energi vs konservasi air.
Kelebihan
  • Toksisitas rendah → aman disimpan dalam tubuh.
  • Penggunaan air lebih efisien dibanding amonia.
Kekurangan Biaya energi tinggi → perlu ATP untuk sintesis dari amonia.
bentuk zat buangan bernitrogen: Asam Urat
Aspek Penjelasan
Nama Zat Buangan Asam Urat (Uric Acid)
Kelompok Hewan Penghasil
  • Serangga
  • Bekicot
  • Banyak reptil
  • Burung
Toksisitas Relatif nontoksik, aman meskipun terakumulasi dalam jumlah tinggi.
Kelarutan dalam Air Sangat rendah. Diekskresikan sebagai pasta semi-padat (mirip pasta putih pada feses burung).
Kebutuhan Air Sangat hemat air — ideal untuk habitat kering dan kondisi dehidrasi ekstrem.
Keuntungan Minim kehilangan air saat ekskresi → sangat efisien dalam konservasi air.
Kekurangan Produksi asam urat membutuhkan energi paling tinggi dibanding urea atau amonia (butuh banyak ATP).
Produksi Minor pada Hewan Lain Hewan lain (termasuk manusia) menghasilkan sedikit asam urat dari pemecahan purin (DNA/RNA).
Contoh Masalah Klinis
  • Gout (rematik): penumpukan kristal asam urat pada sendi manusia.
  • Dalmatian: rentan membentuk batu kandung kemih dari asam urat.
  • Tyrannosaurus rex: tulang fosil menunjukkan gejala serupa gout.
pengaruh evolusi dan lingkungan terhadap bentuk zat-zat buangan bernitrogen
Faktor Evolusioner & Lingkungan Pengaruh terhadap Jenis Zat Buangan Bernitrogen
Ketersediaan Air (Habitat)
  • Lingkungan kering: asam urat (hemat air, ekskresi dalam bentuk padat).
  • Lingkungan lembap atau akuatik: amonia atau urea (butuh lebih banyak air untuk ekskresi).
  • Contoh: kura-kura darat → asam urat, kura-kura air → urea atau amonia.
Mode Reproduksi
  • Telur tak bercangkang (amfibia): zat buangan dapat berdifusi keluar ke air sekitarnya → amonia bisa diterima.
  • Telur bercangkang (burung, reptil): zat buangan terperangkap → amonia dan urea berbahaya jika menumpuk → dipilih asam urat karena bisa disimpan sebagai kristal padat.
  • Mamalia: zat buangan embrio diangkut lewat darah induk → urea cukup aman.
Metabolisme (Endoterm vs Ektoterm)
  • Endoterm: metabolisme tinggi → lebih banyak konsumsi makanan → menghasilkan lebih banyak limbah nitrogen.
  • Ektoterm: metabolisme rendah → produksi zat buangan nitrogen lebih sedikit.
Tipe Makanan (Diet)
  • Karnivor/predator: konsumsi protein tinggi → produksi nitrogen tinggi.
  • Herbivor/omnivor: konsumsi lipid dan karbohidrat dominan → produksi nitrogen lebih rendah.
Keuntungan Evolusioner Asam Urat
  • Kurang toksik dan tidak larut → dapat disimpan dalam telur bercangkang.
  • Selektif menguntungkan untuk embrio burung dan reptil yang berkembang dalam telur tertutup.
sistem ekskresi yang beraneka ragam adalah variasi dari satu tema tubular
Topik Penjelasan
Proses Ekskresi Proses fisiologis untuk membuang zat sisa metabolisme, terutama nitrogen, serta menjaga keseimbangan air dan elektrolit. Terdiri dari empat tahap:
  1. Filtrasi – cairan tubuh difiltrasi ke tabung ekskretori.
  2. Reabsorpsi – zat berguna diserap kembali.
  3. Sekresi – zat sisa tambahan disekresikan ke filtrat.
  4. Ekskresi – limbah dikeluarkan dari tubuh.
Sekilas Sistem Ekskresi Meski beragam secara evolusioner, sistem ekskresi di berbagai hewan mengikuti tema dasar: struktur tubular tempat filtrasi, reabsorpsi, sekresi, dan ekskresi berlangsung.
Protonefridia Sistem ekskresi paling sederhana yang ditemukan pada platyhelminthes (cacing pipih). Terdiri dari sel api (flame cells) yang memompa cairan ke luar tubuh melalui tabung bercabang.
Metanefridia Ditemukan pada annelida (cacing tanah). Terdiri dari sepasang tabung per segmen tubuh yang menangkap cairan tubuh dan menyaringnya, lalu ekskresi melalui nefridiopora.
Tabung Malpighi Ditemukan pada serangga. Tabung ini mengumpulkan limbah dari hemolimfa dan membawanya ke usus untuk ekskresi bersama feses. Tidak ada filtrasi awal seperti ginjal.
Ginjal (Vertebrata) Organ ekskresi kompleks berbentuk tubular. Terdiri dari ribuan nefron sebagai unit fungsional. Proses filtrasi darah → pembentukan urin → ekskresi melalui uretra.
Filtrasi Darah (pada Mamalia) Terjadi di glomerulus dalam kapsul Bowman. Plasma darah disaring masuk ke tubulus nefron berdasarkan ukuran molekul dan tekanan hidrostatik.
Jalur Filtrat (alur nefron) Filtrat mengalir melalui: kapsul Bowman → tubulus proksimal → lengkung Henle → tubulus distal → duktus kolektivus, lalu menuju pelvis renalis dan keluar sebagai urin.
Pembuluh Darah Terkait
  • Arteriol aferen membawa darah ke glomerulus.
  • Arteriol eferen keluar dari glomerulus dan membentuk kapiler peritubular.
  • Kapiler vasa recta menyelubungi lengkung Henle → penting dalam pertukaran lawan-arus dan menjaga gradien osmotik.
proses ekskresi
Langkah Nama Proses Penjelasan
1 Filtrasi (Filtration) Cairan tubuh (darah, hemolimfe, atau cairan selom) bersentuhan dengan epitelium transpor. Tekanan hidrostatik mendorong air dan zat terlarut kecil (garam, glukosa, asam amino, zat buangan nitrogen) melewati membran, membentuk filtrat. Molekul besar seperti protein tetap tinggal.
2 Reabsorpsi (Reabsorption) Zat-zat berguna seperti glukosa, asam amino, vitamin, ion tertentu, dan air diambil kembali dari filtrat ke dalam cairan tubuh melalui transpor aktif atau osmosis. Menjaga efisiensi dan keseimbangan internal.
3 Sekresi (Secretion) Zat-zat non-esensial atau toksik (ion kelebihan, obat, limbah metabolik) ditambahkan ke dalam filtrat melalui transpor aktif. Membantu mempercepat pembuangan zat berbahaya.
4 Ekskresi (Excretion) Filtrat yang telah diproses kini menjadi urin dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran ekskresi (misalnya uretra pada mamalia).

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
Sekilas Sistem Ekskresi
Aspek Penjelasan
Prinsip Umum Meskipun beragam, hampir semua sistem ekskresi hewan tersusun dari jejaring tubulus kompleks yang memungkinkan pertukaran air, ion, dan zat buangan dengan efisien.
Fungsi Utama Tubulus Ekskresi Memberikan area permukaan luas untuk filtrasi, reabsorpsi, sekresi, dan ekskresi zat terlarut (termasuk limbah nitrogen).
Kelompok Hewan dan Sistem Ekskresinya
  • Cacing pipih: protonefridia (sel api)
  • Cacing tanah: metanefridia
  • Serangga: tabung Malpighi
  • Vertebrata: ginjal (nefron)
Masing-masing contoh menunjukkan variasi struktural dari tema dasar tubular.
Tujuan Evolusioner Umum Mengelola keseimbangan air dan ion, serta membuang limbah nitrogen dengan cara yang sesuai dengan habitat dan fisiologi masing-masing hewan.
Protonefridia
Aspek Penjelasan
Pengertian Protonefridia adalah sistem ekskresi berupa jejaring tubulus buntu yang menyebar ke seluruh tubuh dan terbuka ke luar. Umumnya ditemukan pada hewan yang tidak memiliki selom.
Kelompok Hewan
  • Cacing pipih (Platyhelminthes)
  • Rotifera
  • Beberapa anelida
  • Larva moluska
  • Lanselet (Cephalochordata)
Struktur Utama
  • Sel api (flame bulb): terdiri dari satu sel tubulus dan satu sel tudung, dengan silia yang berdenyut mirip kobaran api untuk menarik cairan masuk ke tubulus.
  • Jejaring tubulus: menyalurkan filtrat ke luar tubuh.
Proses Kerja
  • Filtrasi dimulai saat silia pada sel api menarik cairan interstisial masuk.
  • Filtrat bergerak melalui tubulus dan dibuang ke lingkungan sebagai urin encer.
Fungsi
  • Hewan air tawar (misal: cacing pipih): utama untuk osmoregulasi.
  • Hewan parasit (isoosmotik): utama untuk ekskresi zat buangan bernitrogen.
Fungsi protonefridia disesuaikan secara evolusioner terhadap habitat hewan.
Keunikan Sistem ekskresi paling sederhana secara struktural, namun menunjukkan fleksibilitas fungsi tergantung lingkungan dan fisiologi hewan.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
Metanefridia
Aspek Penjelasan
Pengertian Metanefridia adalah organ ekskresi tubular yang terbuka secara internal ke selom dan umum ditemukan pada hewan bersegmentasi seperti anelida.
Kelompok Hewan Anelida, seperti cacing tanah.
Struktur dan Komponen
  • Setiap segmen tubuh memiliki sepasang metanefridia.
  • Corong bersilia mengelilingi bukaan internal ke selom.
  • Tabung pengumpul menyimpan urin dan bermuara ke luar tubuh melalui pori ekskresi.
  • Dikelilingi oleh jejaring kapiler untuk pertukaran zat.
Proses Kerja
  • Denyutan silia menarik cairan selom ke dalam tubulus.
  • Selama perjalanan filtrat, epitelium transpor menyerap kembali zat berguna ke kapiler darah.
  • Zat buangan nitrogen tertinggal dan dikeluarkan sebagai urin cair.
Fungsi
  • Ekskresi: mengeluarkan zat buangan nitrogen.
  • Osmoregulasi: menyerap zat berguna dan menyeimbangkan kelebihan air dari osmosis melalui kulit.
Karakteristik Urin Hipoosmotik terhadap cairan tubuh → membantu mengurangi kelebihan air dari osmosis di lingkungan lembap.
Keunikan Organ tubular yang kompleks, terbuka ke dalam dan keluar tubuh, serta dilengkapi sistem transport aktif dan jaringan kapiler yang efisien.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
Tabung Malpighi
Aspek Penjelasan
Pengertian Tabung Malpighi adalah sistem ekskresi khas serangga dan artropoda darat yang mengeluarkan limbah nitrogen dan mengatur keseimbangan air tanpa melalui proses filtrasi.
Kelompok Hewan Serangga dan artropoda darat lainnya.
Struktur dan Letak
  • Tabung bercabang dari ujung buntu dalam hemolimfe ke saluran pencernaan.
  • Terhubung langsung dengan usus (rektum).
Mekanisme Kerja
  • Tidak ada filtrasi awal seperti pada ginjal atau nefridia.
  • Epitelium tubulus menyerap zat buangan dan ion dari hemolimfe ke dalam lumen tubulus melalui sekresi aktif.
  • Air mengikuti secara osmosis.
  • Cairan masuk ke rektum → zat berguna dan air direabsorpsi kembali.
Jenis Zat Buangan Asam urat (tidak larut, dikeluarkan sebagai padatan semi-kering bersama feses).
Fungsi
  • Ekskresi zat bernitrogen
  • Osmoregulasi (hemat air ekstrem)
Keunggulan Evolusioner Kemampuan menghemat air sangat tinggi, menjadikan sistem ini adaptasi kunci kesuksesan serangga di habitat darat.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
Ginjal
Aspek Penjelasan
Pengertian Ginjal adalah organ ekskresi dan osmoregulasi yang terdiri atas jejaring tubulus terspesialisasi yang terhubung erat dengan kapiler, dan berfungsi menyaring darah serta membuang zat buangan.
Kelompok Hewan Vertebrata (ikan, amfibi, reptil, burung, mamalia) dan beberapa kordata lain seperti hagfish.
Fungsi Utama
  • Osmoregulasi: mengatur keseimbangan air dan ion tubuh.
  • Ekskresi: membuang limbah metabolik, terutama zat nitrogen.
Struktur Dasar
  • Terdiri atas ribuan unit fungsional yang disebut nefron.
  • Nefron adalah tubulus yang panjang dan teratur, terkait erat dengan jejaring kapiler.
Saluran Terkait
  • Urin dari nefron → pelvis ginjal → ureter → kandung kemih → uretra (keluar tubuh).
Ciri Khusus Evolusi
  • Ginjal vertebrata modern tidak bersegmen.
  • Pada hagfish (kordata invertebrata), ginjal bersifat bersegmen, menunjukkan kemungkinan nenek moyang vertebrata memiliki struktur ekskresi bersegmen.
Kesimpulan Ginjal adalah sistem ekskresi yang kompleks dan efisien, berbasis tubular, dan terintegrasi erat dengan sistem peredaran darah.
struktur sistem ekskresi mamalia
Aspek Penjelasan
Organ Utama Sistem ekskresi mamalia berpusat pada sepasang ginjal.
Aliran Darah ke Ginjal
  • Arteri renal: memasok darah ke ginjal.
  • Vena renal: mengalirkan darah dari ginjal kembali ke vena cava.
  • Ginjal menerima ±25% dari aliran darah yang dipompa oleh jantung meskipun hanya ±1% massa tubuh.
Rute Urin
  • Ginjal → ureterkandung kemihuretra → keluar tubuh saat kencing.
  • Uretra dikontrol oleh otot sfingter di pangkal kandung kemih.
Struktur Ginjal
  • Korteks renal: lapisan luar ginjal.
  • Medula renal: lapisan dalam ginjal.
  • Keduanya mengandung tubulus ekskresi dan pembuluh darah yang padat.
Unit Fungsional: Nefron
  • Satu ginjal manusia memiliki ±1 juta nefron.
  • Panjang total seluruh nefron di satu ginjal bisa mencapai ±80 km.
  • Nefron adalah tubulus tunggal panjang yang melintasi korteks dan medula.
Struktur Mikroskopik Nefron
  • Glomerulus: bola kapiler tempat darah difiltrasi.
  • Kapsula Bowman: struktur berbentuk cangkir yang menyelubungi glomerulus.
  • Tubulus nefron berkelok melalui korteks dan medula untuk memproses filtrat menjadi urin.
Kesimpulan Sistem ekskresi mamalia sangat kompleks namun efisien, mengintegrasikan filtrasi, reabsorpsi, sekresi, dan ekskresi melalui jaringan nefron dan saluran ekskretori.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
filtrasi darah
Aspek Penjelasan
Lokasi Filtrasi Terjadi di glomerulus, bola kapiler berpori, yang dikelilingi oleh kapsula Bowman, bagian awal nefron.
Prinsip Mekanis Tekanan darah mendorong cairan dari dalam glomerulus masuk ke lumen kapsula Bowman.
Permeabilitas Membran
  • Kapiler glomerulus bersifat selektif permeabel.
  • Hanya molekul kecil seperti air, ion, dan zat terlarut yang dapat melewati.
  • Sel darah dan protein besar tertahan di dalam pembuluh darah.
Kandungan Filtrat Filtrat dalam kapsula Bowman mengandung:
  • Air
  • Garam (ion)
  • Glukosa
  • Asam amino
  • Vitamin
  • Zat buangan nitrogen (mis. urea)
Komposisi filtrat mirip dengan plasma darah, namun tanpa protein besar dan sel.
Sifat Filtrasi Tidak selektif terhadap molekul kecil – semua molekul kecil dalam plasma akan ikut masuk ke filtrat, termasuk yang nantinya masih berguna.
jalur filtrat dalam sistem ekskresi mamalia
Urutan Jalur Filtrat Nama Struktur Penjelasan & Fungsi
1 Kapsula Bowman Filtrat terbentuk melalui filtrasi tekanan darah dari glomerulus.
2 Tubulus Proksimal Reabsorpsi besar-besaran air, ion, glukosa, asam amino, dan nutrien lainnya ke dalam darah.
3 Lengkung Henle Saluran menurun: permeabel terhadap air → reabsorpsi air.
Saluran menaik: impermeabel terhadap air → reabsorpsi ion.
Hanya dimiliki mamalia & beberapa burung → penting untuk menghasilkan urin hiperosmotik.
4 Tubulus Distal Penyesuaian akhir ion dan pH. Merespon hormon seperti aldosteron untuk pengaturan Na⁺/K⁺.
5 Saluran Pengumpul Menerima filtrat dari beberapa nefron. Reabsorpsi air dikontrol oleh hormon ADH → berperan dalam konsentrasi akhir urin.
6 Pelvis Renal Ruang penampung akhir sebelum urin dialirkan ke ureter.
7 Ureter Saluran yang membawa urin dari pelvis ginjal ke kandung kemih.
pembuluh-pembuluh darah yang terkait dengan nefron
No Nama Pembuluh Lokasi & Struktur Terkait Fungsi
1 Arteriola aferen Membawa darah dari arteri renal ke glomerulus Mengatur tekanan darah untuk filtrasi di glomerulus
2 Kapiler glomerulus Tersusun rapat dalam kapsula Bowman Tempat terjadinya filtrasi darah menghasilkan filtrat awal
3 Arteriola eferen Keluar dari glomerulus, lebih kecil dari aferen Mengatur tekanan filtrasi & mendistribusikan darah ke kapiler berikutnya
4 Kapiler peritubular Mengelilingi tubulus proksimal & distal Reabsorpsi zat-zat penting dari tubulus kembali ke darah
5 Vasa rekta Kapiler berbentuk jepit rambut sejajar dengan lengkung Henle pada nefron jukstamedularis Berfungsi sebagai bagian sistem lawan-arus untuk mempertahankan gradien osmotik medula ginjal → penting untuk konsentrasi urin
alur pemrosesan filtrat darah di dalam nefron dan mekanisme gradien zat terlarut untuk konservasi air
1. Pemrosesan Filtrat Darah Menjadi Urin (Organisasi Nefron)

Urutan Bagian Nefron Fungsi Utama
1 Tubulus Proksimal Reabsorpsi glukosa, asam amino, ion Na⁺, dan air; sekresi zat toksik. Menurunkan volume filtrat tanpa mengubah osmolaritas.
2 Saluran Menurun Lengkung Henle Permeabel terhadap air, tetapi tidak terhadap garam. Air keluar → filtrat makin pekat saat turun ke medula.
3 Saluran Menaik Lengkung Henle Tidak permeabel terhadap air. Garam (NaCl) diangkut keluar secara pasif (bagian bawah) dan aktif (bagian atas) → menciptakan gradien osmotik.
4 Tubulus Distal Mengatur pH, kalium, dan konsentrasi ion-ion. Reabsorpsi tambahan NaCl dan air di bawah pengaruh hormon (mis. aldosteron).
5 Saluran Pengumpul Permeabilitas terhadap air tergantung hormon ADH → kontrol akhir volume dan konsentrasi urin. Reabsorpsi urea di bagian akhir membantu memperkuat gradien medula.


2. Model Dua Zat Terlarut dalam Gradien Osmotik Medula Ginjal

Zat Terlarut Peran Lokasi Utama
NaCl (Garam) Ditransport secara aktif di saluran menaik Henle → menciptakan gradien osmotik → menarik air keluar di saluran menurun Henle. Lengkung Henle dan medula
Urea Dapat berdifusi keluar dari saluran pengumpul di medula dalam → membantu meningkatkan osmolaritas medula secara lokal. Saluran pengumpul dan medula dalam


3. Adaptasi Ginjal Vertebrata terhadap Lingkungan

Kelompok Hewan Adaptasi Ginjal Tujuan Adaptasi
Burung dan Reptil Lain Burung memiliki nefron jukstamedularis → menghasilkan urin pekat. Ekskresi nitrogen utama: asam urat → hemat air. Beberapa reptil kekurangan nefron jukstamedularis. Konservasi air di lingkungan darat, produksi ekskret semi-padat.
Ikan Air Tawar dan Amfibia Menghasilkan urin encer; reabsorpsi ion aktif dari urin → mencegah kehilangan garam; kulit permeabel membantu osmoregulasi. Membuang kelebihan air dan mempertahankan ion tubuh karena lingkungan hipotonik.
Ikan Laut Bertulang Keras Kehilangan air lewat osmosis → minum air laut dan mengekskresikan garam berlebih lewat insang dan sedikit urin. Mencegah dehidrasi di lingkungan hipertonik (laut).
fungsi tubulus proksimal
Aspek Penjelasan
Fungsi Utama Reabsorpsi ion, air, dan nutrien esensial dari filtrat kembali ke tubuh; sekresi zat buangan dan pengaturan pH.
Reabsorpsi Garam Na⁺ diserap secara aktif ke cairan interstisial → menarik Cl⁻ secara pasif karena beda muatan → meningkatkan tekanan osmotik.
Reabsorpsi Air Osmosis mengikuti reabsorpsi garam, air berdifusi ke cairan interstisial dan masuk ke kapiler peritubular.
Reabsorpsi Nutrien Glukosa, asam amino, ion K⁺, HCO₃⁻ dan zat penting lainnya direabsorpsi secara aktif dan pasif.
Regulasi pH - Sekresi H⁺ oleh sel epitel.
- Sintesis amonia (NH₃) yang menangkap H⁺ menjadi NH₄⁺.
- Reabsorpsi 90% HCO₃⁻ dari filtrat.
Penanganan Zat Toksik Obat dan racun yang telah diproses hati disekresikan secara aktif ke dalam lumen tubulus.
Perlambatan Reabsorpsi Urea Urea hanya sedikit diserap ulang → tetap dalam filtrat dan dikeluarkan dalam urin.
Efek Akhir Volume filtrat berkurang drastis, sedangkan zat buangan seperti urea dan racun menjadi terkonsentrasi.
saluran menurun lengkung Henle
Aspek Penjelasan
Fungsi Utama Reabsorpsi air dari filtrat melalui osmosis.
Permeabilitas Epitel Sangat permeabel terhadap air (karena banyak akuaporin), namun hampir tidak permeabel terhadap garam dan zat terlarut kecil lainnya.
Peran Protein Protein akuaporin membentuk saluran air yang memungkinkan air keluar dari tubulus.
Lingkungan Interstisial Cairan interstisial di medula ginjal semakin hiperosmotik (semakin pekat) dari luar ke dalam, memungkinkan osmosis air keluar dari tubulus.
Hasil Osmosis Air keluar dari filtrat → filtrat menjadi semakin pekat (osmolaritas meningkat) saat bergerak menurun ke medula.
Efek terhadap Filtrat Volume filtrat menurun, tetapi konsentrasi zat terlarut meningkat secara progresif saat bergerak ke bawah.
saluran menaik lengkung Henle
Aspek Penjelasan
Fungsi Utama Mengurangi osmolaritas filtrat dengan cara membuang NaCl (garam), tanpa kehilangan air.
Permeabilitas Air Tidak permeabel terhadap air (tidak memiliki saluran air/akuaporin).
Struktur Segmen
  • Segmen tipis: NaCl berdifusi keluar secara pasif.
  • Segmen tebal: NaCl dipompa keluar secara aktif ke cairan interstisial.
Efek terhadap Cairan Interstisial Menjaga osmolaritas tinggi medula ginjal, penting untuk konservasi air.
Efek terhadap Filtrat Filtrat menjadi semakin encer karena kehilangan garam tetapi tidak kehilangan air.
Peran dalam Sistem Lawan Arus Bekerja bersama saluran menurun lengkung Henle dan vasa rekta untuk membentuk sistem lawan-arus (countercurrent system), menciptakan gradien osmotik dalam medula.
fungsi tubulus distal
Aspek Penjelasan
Fungsi Utama Regulasi ion dan pH filtrat akhir sebelum masuk ke saluran pengumpul.
Regulasi Ion K+ Mengatur jumlah ion kalium (K+) yang disekresikan ke dalam filtrat berdasarkan kebutuhan tubuh.
Reabsorpsi NaCl Reabsorpsi NaCl secara selektif dari filtrat untuk mengatur tekanan osmotik dan volume darah.
Regulasi pH Mengontrol sekresi ion H+ dan reabsorpsi ion bikarbonat (HCO₃⁻) untuk menjaga keseimbangan asam-basa cairan tubuh.
Jenis Transport Transpor aktif dan pasif, tergantung kebutuhan homeostasis tubuh.
Koordinasi dengan Hormon Dipengaruhi oleh hormon seperti aldosteron untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ dan sekresi K+.
saluran pengumpul (collecting duct)
Aspek Penjelasan
Fungsi Utama Mengangkut filtrat dari tubulus distal ke pelvis renal dan menyesuaikan konsentrasi akhir urin.
Perjalanan Filtrat Filtrat mengalir menuruni medula ginjal, melewati gradien konsentrasi osmolaritas yang meningkat.
Permeabilitas Air Dikendalikan oleh hormon ADH (antidiuretik); saluran akuaporin memungkinkan reabsorpsi air saat dibutuhkan.
Permeabilitas Garam Epitel saluran pengumpul tidak permeabel terhadap NaCl di sebagian besar wilayahnya, kecuali NaCl dapat ditranspor aktif jika urin perlu diencerkan.
Permeabilitas Urea Di medula bagian dalam, epitel menjadi permeabel terhadap urea, memungkinkan difusi keluar ke cairan interstisial untuk menambah gradien osmotik.
Kondisi Osmotik Urin Urin menjadi hiperosmotik terhadap cairan tubuh saat tubuh menghemat air, atau hipoosmotik saat membuang kelebihan air.
Kontrol Hormon Dipengaruhi oleh hormon seperti ADH, aldosteron, dan ANF untuk mengatur volume dan konsentrasi urin serta tekanan darah.
Gradien Zat Terlarut dan Konservasi Air
Aspek Penjelasan
Pentingnya Konservasi Air Adaptasi penting bagi hewan darat. Ginjal mamalia mampu mengekskresikan urin yang jauh lebih pekat dibandingkan darah.
Osmolaritas Darah vs Urin Osmolaritas darah manusia: ~300 mOsm/L. Ginjal bisa hasilkan urin hingga ~1.200 mOsm/L (4x lipat). Tikus gurun: hingga 9.300 mOsm/L (25x lipat).
Energi dan Transport Aktif Diperlukan banyak energi untuk melakukan transport aktif zat melawan gradien konsentrasi dalam menciptakan urin hiperosmotik.
Peran Lengkung Henle Bertindak sebagai "mesin" penghasil gradien osmolaritas, penting dalam menarik air dari filtrat di saluran pengumpul.
Zat Terlarut Utama
  • NaCl: Disimpan di medula oleh saluran menaik lengkung Henle.
  • Urea: Berdifusi keluar dari saluran pengumpul di medula dalam, menambah osmolaritas interstisial.
Hasil Akhir Gradien osmotik di medula ginjal memungkinkan air terserap dari saluran pengumpul → menghasilkan urin pekat → konservasi air tubuh.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
model dua zat terlarut
Aspek Penjelasan
Tujuan Model Memahami bagaimana nefron mamalia membentuk urin hiperosmotik dengan memanfaatkan gradien konsentrasi NaCl dan urea di medula ginjal.
Awal Proses Filtrat dari kapsula Bowman (~300 mOsm/L) → reabsorpsi air & garam di tubulus proksimal → volume berkurang, osmolaritas tetap.
Saluran Menurun Lengkung Henle Permeabel terhadap air, tidak terhadap garam → air keluar melalui osmosis → filtrat makin pekat hingga mencapai ~1.200 mOsm/L di dasar lengkung.
Saluran Menaik Lengkung Henle Tidak permeabel terhadap air. NaCl berdifusi (segmen tipis) dan ditranspor aktif (segmen tebal) → menurunkan osmolaritas filtrat, meningkatkan osmolaritas medula.
Countercurrent Multiplier Sistem lawan-arus di lengkung Henle yang menggunakan energi untuk membentuk dan memperkuat gradien osmolaritas medula ginjal.
Vasa Rekta Kapiler yang melawan arah filtrat, mempertahankan gradien osmotik tanpa "menghapus" garam → difusi terbalik saat aliran naik & turun.
Energi yang Digunakan Transpor aktif NaCl di saluran menaik → konsumsi ATP tinggi → menjadikan ginjal salah satu organ dengan laju metabolik tertinggi.
Saluran Pengumpul Permeabel terhadap air (tapi tidak garam) → osmosis menarik air keluar menuju medula → filtrat makin pekat saat menuju pelvis ginjal.
Peran Urea Berdifusi dari saluran pengumpul ke interstisial medula → meningkatkan osmolaritas → didaur ulang sebagian ke lengkung Henle.
Hasil Akhir Urin hiperosmotik (~1.200 mOsm/L) terbentuk → isoosmotik terhadap medula dalam, tapi hiperosmotik terhadap darah → efisien dalam konservasi air.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
adaptasi ginjal vertebrata terhadap beraneka ragam lingkungan
Jenis Habitat Contoh Vertebrata Adaptasi Ginjal Tujuan Adaptasi
Gurun (kering ekstrem) Tikus lompat Australia - Nefron jukstamedularis sangat dominan
- Lengkung Henle sangat panjang
- Urin sangat pekat (hingga 9.300 mOsm/L)
Menghemat air sebanyak mungkin; memproduksi urin sangat pekat untuk mencegah dehidrasi
Habitat darat lembap (sejuk/lembap) Manusia, rusa, anjing - Kombinasi nefron kortikal dan jukstamedularis
- Kemampuan fleksibel dalam mengatur kepekatan urin
Menyesuaikan keperluan osmoregulasi dengan kondisi lingkungan sedang
Lingkungan air tawar Ikan air tawar, amfibia - Nefron pendek (tidak memiliki lengkung Henle)
- Ekskresi urin sangat encer
- Reabsorpsi garam aktif dari filtrat & kulit
Mengeluarkan kelebihan air yang terus masuk secara osmosis dari lingkungan hipotonik
Lingkungan air laut (hipertonik) Ikan laut bertulang keras (teleost) - Nefron sederhana, tanpa lengkung Henle
- Minum air laut, ekskresi ion melalui insang
- Sedikit urin, dengan sedikit kehilangan air
Menghindari kehilangan air, membuang kelebihan ion
Burung laut dan reptil laut Burung camar, iguana laut - Nefron jukstamedularis pendek atau sedang
- Ekskresi kelebihan garam melalui kelenjar garam (di paruh atau mata)
Membantu ekskresi ion dari air laut, sambil tetap mengonservasi air
adaptasi ginjal pada mamalia
Kelompok Mamalia Contoh Hewan Lingkungan Hidup Adaptasi Ginjal Kemampuan Memekatkan Urin
Mamalia gurun - Tikus pelompat Australia
- Tikus kangguru (AS)
Sangat kering (gurun) - Lengkung Henle sangat panjang
- Nefron jukstamedularis dominan
- Medula ginjal sangat tebal
Sangat tinggi (hingga 25–30× konsentrasi darah)
Mamalia darat (lembap) - Kelinci
- Kucing hutan
Terestrial, iklim sedang hingga lembap - Lengkung Henle sedang
- Kombinasi nefron kortikal dan jukstamedularis
Menengah
Mamalia air tawar - Berang-berang
- Tikus kesturi
Air tawar (sungai/danau) - Lengkung Henle pendek
- Banyak nefron kortikal
- Urin cenderung encer
Rendah (kemampuan memekatkan urin terbatas)
adaptasi ginjal pada burung dan reptil
Kelompok Contoh Hewan Tipe Nefron Ekskresi Zat Bernitrogen Strategi Konservasi Air Kemampuan Memekatkan Urin
Burung - Albatros
- Roadrunner
- Kombinasi nefron kortikal dan jukstamedularis
- Lengkung Henle tidak sepanjang mamalia
Asam urat (uricotelik) - Ekskresi asam urat dalam bentuk pasta
- Sedikit kehilangan air
- Reabsorpsi air di kloaka
Hiperosmotik, tapi tidak sepekat mamalia
Reptil non-burung - Kadal
- Ular
- Kura-kura
- Hanya nefron kortikal
- Tanpa lengkung Henle
Asam urat (uricotelik) - Reabsorpsi air di kloaka
- Ekskresi asam urat sebagai kristal padat
Isoosmotik atau hipoosmotik terhadap cairan tubuh

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
adaptasi ginjal pada ikan air tawar dan amfibia
Kelompok Contoh Hewan Kondisi Lingkungan Karakteristik Ginjal Strategi Osmoregulasi Keluaran Urin
Ikan Air Tawar - Ikan mas
- Lele
- Gurame
Lingkungan hipotonik (air masuk terus-menerus) - Banyak nefron
- Laju filtrasi tinggi
- Reabsorpsi ion di tubulus distal
- Ekskresikan air berlebih
- Reabsorpsi ion garam dari filtrat
- Volume besar
- Sangat encer
Amfibia - Katak
- Salamander
- Air tawar atau darat
- Menghadapi perubahan kondisi kelembaban
- Ginjal mirip ikan air tawar
- Adaptif terhadap habitat
- Di air: ekskresi urin encer dan akumulasi garam lewat kulit
- Di darat: reabsorpsi air lewat kandung kemih
- Encer di air
- Lebih pekat di darat (melalui reabsorpsi air)
adaptasi ginjal pada ikan laut bertulang keras (teleost)
Kelompok Contoh Hewan Kondisi Lingkungan Karakteristik Ginjal Strategi Osmoregulasi Keluaran Urin
Ikan Laut Bertulang Keras - Tuna
- Mackerel
- Ikan kembung
Lingkungan hiperosmotik (air cenderung keluar dari tubuh) - Sedikit nefron
- Glomerulus kecil atau tidak ada
- Tanpa tubulus distal
- Laju filtrasi lambat
- Minum air laut terus-menerus
- Ekskresi ion divalen (Ca²⁺, Mg²⁺, SO₄²⁻) lewat urin
- Sekresi Na⁺ dan Cl⁻ melalui insang
- Volume kecil
- Urin pekat ion divalen
keterkaitan sirkuit hormonal dengan fungsi ginjal, keseimbangan air, dan tekanan darah
Komponen Hormonal Stimulus Respon dan Mekanisme Efek terhadap Ginjal Efek terhadap Tekanan Darah & Air Tubuh
Hormon Antidiuretik (ADH) - Osmolaritas darah meningkat (misal: dehidrasi)
- Tekanan darah menurun
- ADH disekresikan oleh hipotalamus dan dilepaskan dari hipofisis posterior
- ADH meningkatkan permeabilitas saluran pengumpul terhadap air dengan menambah saluran akuaporin
- Lebih banyak air diserap kembali dari filtrat
- Volume urin menurun
- Menurunkan osmolaritas darah
- Meningkatkan volume darah
- Meningkatkan tekanan darah
Sistem Renin–Angiotensin–Aldosteron (RAAS) - Penurunan tekanan darah
- Penurunan volume darah
- Sel juxtaglomerular ginjal melepaskan renin
- Renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I
- Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh ACE
- Angiotensin II menyempitkan pembuluh darah dan merangsang pelepasan aldosteron dari kelenjar adrenal
- Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na⁺ di tubulus distal
- Air ikut terserap bersama Na⁺
- Meningkatkan volume darah
- Meningkatkan tekanan darah
Regulasi Homeostatik Ginjal (Integrasi ADH dan RAAS) - Gangguan tekanan osmotik atau tekanan darah - Kedua sistem bekerja bersama
- ADH merespon perubahan osmolaritas
- RAAS merespon perubahan tekanan/volume darah
- ADH → mengontrol reabsorpsi air
- Aldosteron → mengontrol reabsorpsi garam
- Menjaga tekanan darah dan komposisi cairan tubuh tetap stabil



Catatan Tambahan:
ADH lebih dominan dalam merespons perubahan osmolaritas.
RAAS lebih dominan dalam merespons penurunan tekanan darah.
Kombinasi keduanya menghasilkan respon hormonal yang presisi untuk menjaga homeostasis cairan dan tekanan darah.
penyesuaian hormonal dan fisiologis ginjal mamalia terhadap keseimbangan air, tekanan darah, dan kebutuhan ekskresi
Kondisi Tubuh / Lingkungan Respon Ginjal Jenis Urin Peran Hormon Contoh Adaptasi (Kelelawar Vampir)
Asupan garam tinggi, ketersediaan air rendah Ekskresi urea & garam secara efisien, konservasi air maksimal Urin hiperosmotik
(> 1200 mOsm/L)
- ADH meningkat → reabsorpsi air
- RAAS menyesuaikan reabsorpsi garam
Menghasilkan urin sangat pekat (hingga 4600 mOsm/L) saat istirahat di sarang
Asupan air tinggi, sedikit garam Ekskresi kelebihan air, konservasi ion penting Urin hipoosmotik
(serendah 70 mOsm/L)
- ADH ditekan → permeabilitas air menurun
- Aldosteron menyesuaikan ekskresi ion
Menghasilkan urin encer dalam volume besar saat makan darah
Kelebihan protein (produksi urea tinggi) Buang urea dengan efisien sambil menghemat air Urin sangat pekat
(hiperosmotik)
- ADH tinggi
- Reabsorpsi air maksimum
Saat tidak memiliki akses air minum, kelelawar mengekskresikan urea dengan sedikit air
Perubahan kondisi cepat (makan → istirahat) Berpindah cepat dari produksi urin encer ke urin pekat Adaptif: Hipoosmotik → Hiperosmotik - Respons cepat ADH & RAAS terhadap kebutuhan tubuh Mampu menyesuaikan output urin dalam waktu singkat untuk efisiensi energi dan mobilitas
Hormon Antidiuretik (ADH)
Aspek Penjelasan
Nama Hormon Antidiuretic Hormone (ADH) / Vasopresin
Tempat Produksi Hipotalamus (otak), disimpan di kelenjar pituitari posterior
Pemicu Sekresi Osmolaritas darah meningkat (> 300 mOsm/L), misalnya setelah makan asin atau dehidrasi
Target Organ Tubulus distal dan saluran pengumpul di ginjal
Efek pada Ginjal - Meningkatkan jumlah saluran air (akuaporin) di membran sel
- Meningkatkan permeabilitas terhadap air → reabsorpsi air meningkat
- Urin menjadi lebih pekat, volumenya menurun
Efek Homeostatik Menurunkan osmolaritas darah kembali ke titik setelan (300 mOsm/L)
Umpan Balik Negatif Saat osmolaritas turun → sekresi ADH ditekan → permeabilitas air menurun → urin encer dan banyak
Gangguan: Diabetes Insipidus - Penyebab: Mutasi gen ADH atau reseptornya, atau mutasi gen akuaporin
- Gejala: Produksi urin yang sangat banyak dan encer → dehidrasi berat
Faktor Eksternal Pengganggu Alkohol → menghambat sekresi ADH → buang air berlebih dan dehidrasi
Contoh Efek Klinis Sakit kepala setelah konsumsi alkohol karena dehidrasi akibat penekanan ADH

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
Sistem Renin–Angiotensin–Aldosteron (RAAS)
Komponen Fungsi / Peran
Aparatus Jukstaglomerular (JGA) Terletak di dekat arteriola aferen glomerulus; mendeteksi penurunan tekanan darah/volume darah dan merespons dengan mengeluarkan renin.
Renin Enzim yang dilepaskan oleh JGA saat tekanan darah turun; memecah angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Angiotensinogen Protein plasma yang diproduksi oleh hati; substrat untuk renin dalam pembentukan angiotensin I.
Angiotensin I Peptida tidak aktif; diubah menjadi angiotensin II oleh ACE (enzim pengubah angiotensin).
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II; banyak ditemukan pada endotel paru-paru.
Angiotensin II Peptida aktif yang:
- Menyempitkan arteriola → tekanan darah naik
- Mengurangi aliran darah ke kapiler, termasuk ginjal
- Merangsang pelepasan aldosteron dari kelenjar adrenal
Aldosteron Hormon dari korteks adrenal; meningkatkan reabsorpsi Na⁺ dan air di tubulus distal → volume dan tekanan darah naik.
Efek Akhir RAAS Meningkatkan tekanan darah dan volume darah untuk mengembalikan homeostasis.
Penggunaan Klinis Obat antihipertensi: inhibitor ACE → mencegah pembentukan angiotensin II → tekanan darah turun.

Ilustrasi Bab 44 - Osmoregulasi dan Ekskresi
regulasi homeostatik ginjal
Hormon / Sistem Pemicu Aktivasi Efek Utama Tujuan Homeostatik
ADH (Antidiuretik) ↑ Osmolaritas darah
(dehidrasi, kehilangan air tanpa garam)
- ↑ Permeabilitas air di tubulus distal & saluran pengumpul
- ↑ Reabsorpsi air
- ↓ Volume urin
Menurunkan osmolaritas darah
(mempertahankan keseimbangan air)
RAAS (Renin–Angiotensin–Aldosteron) ↓ Volume & tekanan darah
(kehilangan darah, diare, cedera)
- Renin → Angiotensin II → Vasokonstriksi
- Angiotensin II → Aldosteron → ↑ reabsorpsi Na⁺ dan air
Meningkatkan volume & tekanan darah
(mempertahankan sirkulasi & perfusi)
ANP (Atrial Natriuretic Peptide) ↑ Volume darah dan tekanan atrium
(kelebihan cairan)
- ↓ Pelepasan renin
- ↓ Reabsorpsi NaCl di saluran pengumpul
- ↓ Sekresi aldosteron
Menurunkan volume & tekanan darah
(mencegah hipertensi dan overload cairan)