Materi: Biologi (Bab 39 Respon Tumbuhan Terhadap Sinyal Ekternal)
Stimulus dan kehidupan tak berpindah tempatAspek | Informasi |
---|---|
Tokoh Utama | Carolus Linnaeus (Bapak Taksonomi) |
Penemuan | Tumbuhan mekar dan mengatup pada waktu tertentu berdasarkan spesies |
Konsep | Horologium florae (jam bunga) – susunan waktu mekar bunga sebagai penunjuk waktu |
Faktor Penentu Mekarnya Bunga | Aktivitas serangga penyerbuk dan faktor lingkungan lain |
Pandangan Umum yang Disangkal | Tumbuhan dianggap tidak bergerak – padahal aktif merespons lingkungan |
Respons Tumbuhan | Melalui pertumbuhan dan perkembangan, bukan perilaku seperti hewan |
Variasi Bentuk Tubuh | Tumbuhan dalam satu spesies lebih bervariasi daripada hewan |
Deteksi Lingkungan | Melibatkan interaksi stimulus lingkungan dan sinyal internal |
Proses Selular | Kompleks, seringkali homolog dengan hewan |
Aspek | Informasi |
---|---|
Prinsip Umum | Organisme merespons sinyal untuk meningkatkan kesintasan dan reproduksi |
Contoh Hewan | Lebah memiliki fotoreseptor UV untuk melihat pola nektar |
Contoh Tumbuhan | Reseptor selular mendeteksi perubahan hormon, cedera, panjang hari |
Syarat Respons | Stimulus harus cocok dengan reseptor spesifik; tanpa reseptor, tidak ada respons |
Proses Respons | Stimulus → Reseptor → Jalur Transduksi Sinyal → Respons |
Stimulus Cahaya | Cahaya memicu de-etiolasi (penghijauan) |
Etiolasi | Adaptasi tumbuhan di kegelapan: batang memanjang, daun kecil/pucat, akar pendek, tidak ada klorofil |
Alasan Etiolasi | Menghemat energi, menghindari kerusakan daun, sedikit kehilangan air dan kebutuhan akar, tidak ada fotosintesis |
Tujuan Etiolasi | Membantu tunas mencapai permukaan tanah sebelum nutrisi umbi habis |
De-etiolasi | Terjadi saat tunas terkena cahaya: batang melambat, daun mengembang, akar tumbuh, klorofil terbentuk |
Studi Mutan | Membantu memahami tahapan penerimaan, transduksi, dan respons sinyal tumbuhan |
Aspek | Informasi |
---|---|
Reseptor | Protein yang berubah bentuk saat menerima stimulus spesifik |
Jenis Reseptor dalam De-etiolasi | Fitokrom (phytochrome), sejenis fotoreseptor |
Lokasi Fitokrom | Berbeda dari reseptor umum; fitokrom berada di sitoplasma, bukan membran plasma |
Objek Penelitian | Tanaman tomat (kerabat kentang) |
Mutan Aurea | Tomat dengan kadar fitokrom rendah; kurang menghijau saat terkena cahaya; pigmen kuning (karotenoid) lebih tampak |
Eksperimen | Penyuntikan fitokrom ke sel aurea dan pemaparan cahaya → respons de-etiolasi pulih |
Kesimpulan | Fitokrom diperlukan untuk deteksi cahaya dalam proses de-etiolasi |
Aspek | Informasi |
---|---|
Sensitivitas Reseptor | Bisa mendeteksi sinyal sangat lemah (contoh: cahaya bulan beberapa detik) |
Pertanyaan Kunci | Bagaimana sinyal lemah diperkuat dan ditransduksi menjadi respons? |
Jawaban Utama | Pembawa pesan kedua (second messengers) memperkuat dan menyampaikan sinyal |
Contoh Pembawa Pesan Kedua | cGMP dan Ca²⁺ |
Peran cGMP | Mengaktifkan protein-kinase melalui fosforilasi protein target |
Eksperimen cGMP | Suntik cGMP ke sel daun tomat aurea → de-etiolasi parsial tanpa fitokrom |
Peran Ca²⁺ | Aktivasi fitokrom membuka saluran Ca²⁺ → kadar Ca²⁺ sitosol naik 100x → aktifkan enzim dan protein lain |
Dampak Kombinasi cGMP dan Ca²⁺ | Mengatur aktivitas saluran ion, sitoskeleton, dan enzim-enzim, termasuk protein-kinase |
Mekanisme Penguatan Sinyal | Satu fitokrom aktif → ratusan cGMP/Ca²⁺ → ratusan enzim → respons cepat dan kuat |
Aspek | Informasi |
---|---|
Tujuan Akhir Jalur Sinyal | Regulasi aktivitas seluler (biasanya peningkatan aktivitas enzim) |
Dampak Umum | Respons seluler berupa perubahan laju reaksi enzimatik |
2 Mekanisme Utama Aktivasi Enzim |
|
Regulasi Transkripsi | Mengubah tingkat produksi enzim melalui sintesis mRNA |
Modifikasi Pasca-Translasi | Aktivasi cepat protein/enzim lewat perubahan kimiawi (misalnya fosforilasi) |
Aspek | Informasi |
---|---|
Faktor Transkripsi Spesifik | Protein yang berikatan dengan DNA untuk mengatur transkripsi gen tertentu |
Aktivasi dalam De-etiolasi | Diaktifkan melalui fosforilasi oleh sinyal cahaya melalui fitokrom |
Pembawa Pesan yang Terlibat |
|
Jenis Faktor Transkripsi |
|
Contoh Mutan Arabidopsis | Mutan pucat dengan morfologi seperti tanaman terang walau tumbuh dalam gelap |
Penyebab Fenotipe Mutan | Cacat pada represor → gen-gen terang aktif meskipun tanpa cahaya |
Implikasi | Tanaman bisa tampak "tercahaya" karena penghambat ekspresi dihilangkan |
Aspek | Informasi |
---|---|
Proses Tambahan dalam De-etiolasi | Modifikasi pasca-translasi protein yang sudah ada, selain sintesis protein baru |
Bentuk Modifikasi Umum | Fosforilasi asam amino spesifik → ubah hidrofobisitas dan aktivitas protein |
Peran Pembawa Pesan Kedua | cGMP dan beberapa reseptor (termasuk fitokrom) langsung mengaktivasi protein-kinase |
Rangkaian Protein Kinase |
|
Dampak Akhir Jalur Sinyal | Menyala atau padamnya gen-gen spesifik → sintesis protein baru |
Penghentian Jalur Sinyal |
|
Keseimbangan Seluler | Aktivitas sel bergantung pada keseimbangan antara kinase dan fosfatase |
Aspek | Informasi |
---|---|
Tipe Protein Baru dalam De-etiolasi |
|
Contoh Respons Hormon | Penurunan kadar auksin & brasinosteroid → perlambatan pemanjangan batang |
Fungsi Penurunan Hormon | Mendukung perubahan morfologi saat tunas terkena cahaya |
Kompleksitas Jalur Sinyal | Setiap hormon dan stimulus memicu satu atau lebih jalur transduksi kompleks |
Teknik Eksperimen Modern | Kombinasi genetika mutan & biologi molekular digunakan untuk mengidentifikasi jalur |
Asal-usul Pengetahuan | Dibangun di atas studi fisiologi dan biokimia klasik terhadap tumbuhan |
Kesimpulan Awal | Hormon tumbuhan adalah molekul sinyal internal pengatur pertumbuhan |
Aspek | Informasi |
---|---|
Definisi Awal Hormon | Molekul sinyal dalam jumlah kecil yang ditranspor dan memicu respons spesifik |
Hormon pada Hewan | Biasanya ditranspor melalui sistem sirkulasi (darah) |
Masalah Definisi bagi Tumbuhan |
|
Istilah Modern | Regulator Pertumbuhan Tumbuhan (Plant Growth Regulator) — senyawa organik alami/sintetik yang memodifikasi proses fisiologis tumbuhan |
Penggunaan Istilah | "Hormon tumbuhan" dan "regulator pertumbuhan" digunakan bergantian. Dalam buku ini tetap digunakan istilah hormon tumbuhan. |
Kriteria Hormon Tumbuhan | Aktif pada konsentrasi yang sangat rendah |
Pengaruh Hormon |
|
Aspek | Informasi |
---|---|
Definisi Tropisme | Respons pertumbuhan organ tumbuhan ke arah/menjauhi stimulus |
Fototropisme |
|
Tanaman Model | Semaian rumput (oat), dengan bagian penting: koleoptil |
Temuan Darwin & Francis (1800-an) |
|
Eksperimen Boysen-Jensen |
|
Eksperimen Frits Went (1926) |
|
Penamaan dan Identifikasi Auksin |
|
Hipotesis Klasik Auksin | Distribusi asimetris auksin → pemanjangan sel lebih cepat di sisi gelap → koleoptil membengkok ke cahaya |
Temuan Terkini | Pada batang eudikotil (seperti bunga matahari), tidak ada bukti distribusi auksin asimetris. Tapi ditemukan penghambat di sisi terang. |
Aspek | Informasi |
---|---|
Kelas Utama Hormon Tumbuhan | Auksin, Sitokinin, Giberelin, Brasinosteroid, Asam Absisat, Etilen |
Fungsi Tambahan | Banyak molekul pertahanan terhadap patogen juga tergolong hormon |
Kadar Hormon | Sangat rendah, tetapi dampaknya besar pada pertumbuhan dan perkembangan |
Cara Kerja Hormon |
|
Penguatan Sinyal | Melalui jalur transduksi sinyal agar efeknya terasa meskipun konsentrasi kecil |
Fungsi Umum | Mengontrol pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel |
Fungsi Tambahan | Memediasi respons jangka pendek terhadap lingkungan |
Efek Hormon | Bergantung pada lokasi kerja, konsentrasi, dan tahap perkembangan tumbuhan |
Penentu Respons | Konsentrasi relatif antarhormon, bukan jumlah absolut satu hormon |
Kunci Regulasi | Keseimbangan hormon-hormon bekerja secara interaktif, bukan sendiri-sendiri |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Definisi Auksin | Zat kimia yang mendorong pemanjangan koleoptil. |
Auksin Alami | Asam indoleasetat (IAA). |
Senyawa Lain | Ada senyawa sintetik yang juga memiliki aktivitas auksin. |
Penggunaan Istilah "Auksin" | Secara khusus merujuk pada IAA dalam bab ini. |
Transpor Auksin |
Menuju ke bawah batang dari pucuk tunas, kecepatan ±10 mm/jam. Lebih cepat dari difusi, lebih lambat dari floem. |
Jalur Transpor | Langsung melalui jaringan parenkim, sel ke sel. |
Arah Transpor | Hanya dari ujung ke dasar di tunas (transpor polar). |
Hubungan dengan Gravitasi | Tidak terkait gravitasi; tetap bergerak ke atas bila batang dibalik. |
Mekanisme Polaritas | Distribusi polar protein transporter di ujung basal sel. |
Fungsi Auksin | Merangsang pemanjangan sel dan pembentukan akar lateral. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Utama Auksin | Merangsang pemanjangan sel di tunas muda yang berkembang. |
Lokasi Sintesis | Meristem apikal tunas. |
Cara Kerja Awal | Berikatan ke reseptor di membran plasma sel target. |
Kisaran Efektif | Efektif pada konsentrasi 10⁻⁸ hingga 10⁻⁴ M. |
Efek Konsentrasi Tinggi | Menghambat pemanjangan sel, mungkin lewat produksi etilen. |
Hipotesis Pertumbuhan Asam | Auksin merangsang pompa H⁺ → menurunkan pH dinding sel → aktivasi enzim ekspansin. |
Peran Ekspansin | Memutus ikatan silang mikrofibril selulosa → dinding sel melonggar. |
Efek Osmotik | Peningkatan H⁺ → masuknya ion dan air → turgor meningkat → sel memanjang. |
Pengaruh pada Gen | Auksin mengubah ekspresi gen dalam hitungan menit, menghasilkan protein baru. |
Fungsi Protein Baru | Beberapa adalah faktor transkripsi → menekan/mengaktifkan ekspresi gen lain. |
Pertumbuhan Berkelanjutan | Auksin juga merangsang produksi sitoplasma dan materi dinding sel. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Peran Umum Auksin | Merangsang pembentukan akar adventisia dan akar lateral. |
Penggunaan Komersial | Auksin digunakan dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan melalui stek. |
Cara Aplikasi | Bagian potongan daun/batang diberi bubuk pembentuk akar yang mengandung auksin. |
Efek pada Stek | Merangsang pertumbuhan akar adventisia di dekat permukaan potongan. |
Peran pada Akar Lateral | Auksin juga terlibat dalam percabangan dan pembentukan akar lateral. |
Penemuan pada Mutan Arabidopsis | Mereka dengan proliferasi akar lateral ekstrem memiliki konsentrasi auksin 17× lebih tinggi dari normal. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Jenis Auksin Sintetik | 2,4-D (2,4-dichlorophenoxyacetic acid). |
Fungsi Umum | Digunakan sebagai herbisida. |
Efek pada Monokotil | Dapat menginaktivasi auksin sintetik dengan cepat, sehingga tidak terpengaruh secara fatal. |
Efek pada Eudikotil | Tidak bisa menginaktivasi auksin sintetik → mati akibat overdosis hormon. |
Penerapan | Penyemprotan 2,4-D pada ladang sereal atau lapangan rumput membasmi gulma eudikotil (berdaun lebar). |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Asal Penemuan | Ditemukan saat mencari zat aditif untuk meningkatkan pertumbuhan sel dalam kultur jaringan tumbuhan. |
Penemu Awal | Johannes van Overbeek (1940-an), menggunakan santan kelapa untuk merangsang pertumbuhan embrio tumbuhan. |
Peneliti Lanjutan | Folke Skoog & Carlos O. Miller (1950-an), menggunakan DNA terdegradasi untuk merangsang pembelahan sel tembakau. |
Sumber Aktif | Bentuk termodifikasi dari adenin, komponen asam nukleat. |
Nama Hormon | Diberi nama "sitokinin" karena merangsang sitokinesis (pembelahan sel). |
Sitokinin Alami Utama | Zeatin, pertama ditemukan pada jagung (Zea mays). |
Efek Sitokinin |
|
Status Penelitian | Sintesis dan transduksi sinyal masih terus dipelajari lebih lanjut. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Tempat Produksi Sitokinin | Jaringan aktif tumbuh seperti akar, embrio, dan buah. |
Transpor Sitokinin | Bergerak naik ke jaringan target melalui getah xilem. |
Efek Umum | Bersama auksin, merangsang pembelahan dan diferensiasi sel. |
Eksperimen Kultur Jaringan |
|
Rasio Sitokinin:Auksin | Mengontrol arah diferensiasi sel. |
Kondisi Rasio dan Dampaknya |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Dominansi Apikal | Kemampuan kuncup apikal menekan pertumbuhan kuncup aksilaris (samping). |
Hipotesis Utama | Hipotesis penghambatan langsung: auksin menghambat langsung kuncup aksilaris, sitokinin melawan efek tersebut. |
Peran Auksin | Ditranspor ke bawah dari pucuk apikal, menekan kuncup aksilaris dan mendorong pertumbuhan memanjang (vertikal). |
Peran Sitokinin | Ditranspor dari akar ke tunas, mendorong pertumbuhan kuncup aksilaris. |
Rasio Auksin:Sitokinin | Menentukan apakah kuncup aksilaris akan terhambat atau tumbuh. |
Bukti Eksperimen |
|
Kontradiksi Eksperimen | Pemotongan justru meningkatkan kadar auksin di kuncup aksilaris, bertentangan dengan hipotesis penghambatan langsung. |
Kesimpulan | Hipotesis penghambatan langsung tidak menjelaskan seluruh hasil; diperlukan model baru atau lebih kompleks. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Utama | Memperlambat penuaan organ tumbuhan (daun, bunga, dll). |
Mekanisme Kerja |
|
Eksperimen Daun | Daun yang dicelupkan ke larutan sitokinin tetap hijau lebih lama. |
Efek pada Tumbuhan Utuh | Memperlambat kerusakan (deteriorasi) daun secara keseluruhan. |
Aplikasi Komersial | Digunakan oleh penjual bunga untuk menjaga kesegaran bunga potong dengan semprotan sitokinin. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fenomena Awal | Petani di Asia mengamati semaian padi tumbuh tinggi, rapuh, dan rebah sebelum berbunga. |
Penemuan Patogen | Pada 1926, E. Kurosawa menemukan fungi Gibberella sebagai penyebab penyakit semaian aneh tersebut. |
Penemuan Senyawa | Pada 1930-an, diketahui fungi menghasilkan zat pemanjang batang, dinamai giberelin. |
Produksi oleh Tumbuhan | Pada 1950-an ditemukan bahwa tumbuhan juga menghasilkan giberelin (GA). |
Jumlah Varian | Telah diidentifikasi lebih dari 100 jenis giberelin, namun hanya sebagian kecil terdapat di setiap spesies. |
Kasus 'Padi Aneh' | Disebabkan oleh overdosis giberelin, yang biasanya hanya ditemukan dalam kadar rendah di tumbuhan. |
Fungsi Giberelin |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Tempat Produksi Utama | Akar dan daun muda. |
Target Efek |
|
Cara Kerja |
|
Efek pada Tumbuhan Kerdil | Tumbuhan mutan kerdil (misal ercis Mendel) bisa tumbuh tinggi setelah diberi giberelin. |
Efek pada Tumbuhan Normal | Sering tidak menunjukkan respons tambahan karena sudah menghasilkan giberelin secara optimal. |
Contoh Paling Dramatis | Pelejitan (bolting) – pertumbuhan cepat tangkai bunga yang disebabkan oleh giberelin. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Peran Bersama Auksin | Baik auksin maupun giberelin diperlukan agar buah dapat berkembang dengan baik. |
Aplikasi Komersial |
Penyemprotan anggur Thompson tak berbiji:
|
Sumber Giberelin pada Biji | Embrio biji merupakan sumber giberelin yang kaya. |
Peran Saat Imbibisi | Giberelin dilepaskan oleh embrio → memberi sinyal akhir dormansi → memulai germinasi. |
Peran Pengganti Syarat Lingkungan | Biji yang butuh cahaya atau suhu rendah dapat bergerminasi hanya dengan perlakuan giberelin. |
Efek pada Sereal | Merangsang sintesis enzim seperti α-amilase → memobilisasi cadangan nutrisi dalam endosperma. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Struktur Kimia | Brassinosteroid adalah steroid, menyerupai kolesterol dan hormon seks pada hewan. |
Efek Fisiologis |
|
Kemiripan dengan Auksin | Efeknya secara kualitatif mirip dengan auksin, sehingga sempat diduga sebagai jenis auksin. |
Penegasan sebagai Hormon | Dikonfirmasi sebagai hormon tumbuhan berdasarkan bukti biologi molekular. |
Penelitian Joanne Chory |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Penemuan Awal |
|
Peran yang Dianggap Awal | Diperkirakan berperan utama dalam dormansi kuncup dan absisi daun |
Peran Nyata |
Peran utama ABA justru ditemukan dalam:
|
Sifat Umum | Berfungsi antagonis terhadap hormon pertumbuhan lain seperti auksin, sitokinin, giberelin, dan brasinosteroid. |
Faktor Penentu Respon Fisiologis | Rasio ABA terhadap hormon pertumbuhan menentukan hasil fisiologis akhir. |
Fokus Pembahasan | Efek ABA pada dormansi biji dan toleransi kekeringan akan dibahas lebih lanjut. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Umum Dormansi | Menunda germinasi hingga tersedia cahaya, suhu, dan kelembapan yang cukup untuk sintas semaian. |
Peran ABA dalam Dormansi |
|
Pemicu Berakhirnya Dormansi |
|
Pengaruh Rasio ABA:Giberelin | Rasio ini menentukan apakah biji akan dorman atau bergerminasi. |
Germinasi Dini |
|
Eksperimen Tambahan ABA | Menambahkan ABA ke biji yang siap germinasi → menginduksi kembali dormansi |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Umum | ABA adalah molekul sinyal utama untuk membantu tumbuhan bertahan dalam kondisi kekeringan. |
Respon terhadap Layu |
|
Mekanisme Seluler |
|
Transpor ABA dari Akar | Pada kekurangan air yang lebih dulu dirasakan akar, ABA dikirim ke daun sebagai "peringatan dini". |
Mutan Rentan Layu | Mereka biasanya tidak mampu menghasilkan ABA dalam jumlah cukup. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Penemuan Awal |
|
Penerimaan sebagai Hormon | Lama tidak diakui sebagai hormon tumbuhan hingga kemajuan kromatografi gas |
Kondisi yang Memicu Produksi Etilen |
|
Hubungan dengan Auksin | Banyak efek yang dianggap akibat auksin ternyata dimediasi oleh etilen (misalnya penghambatan pemanjangan akar) |
Fokus Efek yang Akan Dibahas |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Definisi | Respons adaptif semaian terhadap halangan fisik dengan menghasilkan etilen. |
3 Komponen Respons Rangkap-Tiga |
|
Fungsi Adaptif | Membantu semaian menghindari halangan fisik saat tumbuh ke atas tanah. |
Peran Etilen | Hormon pemicu utama respons rangkap-tiga. Bukti: etilen sintetis dapat memicu respons meski tanpa halangan. |
Mutan Arabidopsis Terkait |
|
Fungsi Gen CTR |
Mengodekan protein kinase yang merupakan regulator negatif transduksi sinyal etilen. Etilen mengikat reseptor → kinase terinaktivasi → memungkinkan respons rangkap-tiga. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Definisi Senesensia | Kematian terprogram pada sel, organ, atau seluruh tumbuhan. |
Contoh Peristiwa |
|
Apoptosis |
Tahap aktif dari senesensia di tingkat sel, melibatkan:
|
Pengelolaan Hasil Pemecahan | Tumbuhan menyimpan kembali hasil-hasil dari pemecahan komponen selular tersebut. |
Peran Etilen | Produksi etilen dalam jumlah besar hampir selalu menyertai senesensia (kematian sel/organ). |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Ciri Buah Belum Matang | Pahit, keras, hijau — melindungi biji dari herbivora. |
Tujuan Pematangan | Menarik hewan penyebar biji dengan rasa manis, warna, dan aroma. |
Peran Etilen | Memicu pematangan buah secara enzimatik dan sinyal kimia. |
Perubahan Selama Pematangan |
|
Umpan Balik Positif | Etilen → pematangan → lebih banyak etilen → pematangan berantai |
Difusi Antar Buah | Etilen sebagai gas menyebar dari buah ke buah → pematangan serempak |
Aplikasi Praktis |
|
Rekayasa Genetik |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Interaksi Hormon |
|
Kesulitan Rekayasa Genetika | Sulit menentukan target molekular terbaik (reseptor etilen, penghambat ABA, atau sintesis giberelin) karena kompleksitas interaksi. |
Pendekatan Biologi Sistem |
|
Spesies Tumbuhan yang Sudah Disekuensing (2008) | Arabidopsis, padi (Oryza sativa), poplar (Populus trichocarpa), anggur (Vitis vinifera), jagung (Zea mays) |
Keterbatasan Data Genetik | Mengetahui semua komponen sistem (gen/protein) ≠ memahami sistem; ibarat tahu semua bagian pesawat tapi tidak tahu cara terbang. |
Tujuan Biologi Sistem |
|
Harapan Masa Depan |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Fungsi Cahaya |
|
Fotomorfogenesis | Efek cahaya terhadap morfologi tumbuhan (struktur fisik dan bentuk). |
Deteksi Cahaya oleh Tumbuhan |
Mendeteksi:
|
Spektrum Aksi |
Grafik efektivitas panjang gelombang terhadap respons tumbuhan. Contoh: spektrum aksi fotosintesis → puncak pada cahaya merah & biru. |
Hubungan dengan Pigmen | Spektrum aksi dibandingkan dengan spektrum penyerapan → mengungkap pigmen fotoreseptor yang terlibat. |
Warna Penting | Cahaya merah dan biru adalah yang paling penting dalam regulasi fotomorfogenesis. |
Kelas Fotoreseptor |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Respons yang Diperantarai Cahaya Biru |
|
Nama "Kriptokrom" | Diberikan pada 1970-an karena identitas reseptornya masih misterius (dari kryptos = tersembunyi, chrom = pigmen). |
Penemuan 1990-an |
Ada setidaknya tiga jenis fotoreseptor cahaya biru:
|
Fungsi Kriptokrom | Berperan dalam penghambatan pemanjangan batang saat tumbuhan pertama kali terkena cahaya. |
Fungsi Fototropin |
|
Perdebatan Saat Ini | Belum jelas apakah fototropin atau zeaxantin yang menjadi fotoreseptor utama pada pembukaan stomata. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Nama Fotoreseptor | Fitokrom — pigmen tumbuhan yang sensitif terhadap cahaya merah |
Peran Umum |
Mengatur berbagai respons tumbuhan terhadap cahaya, termasuk:
|
Contoh 1: Germinasi Biji | Fitokrom memediasi respons biji terhadap cahaya merah → mengaktifkan atau menonaktifkan germinasi tergantung kondisi pencahayaan. |
Contoh 2: Penghindaran Naungan | Fitokrom membantu tumbuhan mendeteksi cahaya yang tersaring (misalnya oleh kanopi tumbuhan lain) dan mengubah pola pertumbuhan (misalnya pemanjangan batang). |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Alasan Cahaya Penting | Biji berukuran kecil hanya bergerminasi saat kondisi cahaya (dan lingkungan) optimal, untuk menjamin kelangsungan hidup semaian. |
Contoh Perubahan Lingkungan | Kematian pohon atau pembajakan ladang mengubah pola cahaya → memicu germinasi biji dorman. |
Penelitian 1930-an (Selada) |
|
Fotoreseptor | Fitokrom, terdiri dari dua subunit: polipeptida + kromofor (penyerap cahaya) |
Isomer Fotoreversibel |
|
Bentuk Aktif | Pfr adalah bentuk aktif yang memicu respons tumbuhan (termasuk germinasi). |
Urutan Aktivasi Germinasi |
|
Saklar Cahaya di Alam |
|
Jenis Fitokrom | Terdapat lima jenis fitokrom berbeda pada Arabidopsis, dengan variasi polipeptida. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Peran Umum Fitokrom | Mengukur kualitas cahaya berdasarkan rasio cahaya merah (R) dan merah-jauh (FR). |
Interkonversi Pr ↔ Pfr |
|
Penghindaran Naungan |
|
Alasan Fisiologis | Klorofil daun kanopi menyerap cahaya merah dan melewatkan cahaya merah-jauh. |
Respons Terhadap Sinar Matahari Langsung |
|
Peran Tambahan Fitokrom | Mendeteksi waktu dan musim melalui jam biologis tumbuhan (dibahas selanjutnya). |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Definisi Ritme Sirkadia | Siklus fisiologis ±24 jam yang terjadi meskipun tanpa pengaruh langsung dari lingkungan eksternal. |
Contoh Ritme pada Tumbuhan |
|
Eksperimen Ruang Terkontrol | Walau tanpa perubahan cahaya/suhu, tumbuhan tetap menunjukkan ritme ±24 jam. |
Free-Running Rhythm |
|
Jam vs Jarum Jam | Gerakan daun adalah indikator ("jarum"), bukan sumber ritme ("jam") itu sendiri. |
Mekanisme Molekuler |
|
Eksperimen Luciferase |
|
Identifikasi Mutan Jam |
|
Relevansi Umum | Ritme sirkadia ditemukan di semua eukariota (termasuk manusia), memengaruhi fisiologi harian. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Free-Running Rhythm (Contoh Kacang) |
|
Desinkronisasi | Jam biologis tidak lagi sejalan dengan waktu nyata (analog: jet lag pada manusia). |
Faktor Penyeting Jam | Cahaya adalah isyarat lingkungan utama yang menyetel jam menjadi tepat 24 jam/hari. |
Fotoreseptor yang Terlibat |
|
Sistem Saklar Fitokrom |
|
Mekanisme Enzimatik |
|
Fungsi Harian Pfr | Jumlah Pfr saat fajar digunakan tumbuhan untuk menyetel waktu "0" dari siklus harian mereka. |
Relevansi Musiman | Interaksi fitokrom dan jam biologis membantu tumbuhan mengukur panjang malam dan siang → menyesuaikan aktivitas musiman. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Konsekuensi Salah Waktu |
|
Contoh Peristiwa Musiman |
|
Stimulus Penentu Musim | Fotoperiode: panjang relatif siang dan malam digunakan tumbuhan untuk menentukan waktu dalam setahun. |
Definisi Fotoperiodisme | Respons fisiologis tumbuhan terhadap fotoperiode (panjang hari/malam), seperti perbungaan. |
Fungsi Fotoperiodisme |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Penemuan Awal | Varietas Maryland Mammoth (tembakau) tidak berbunga di musim panas meskipun mendapat suhu, kelembapan, dan nutrisi optimal. Baru berbunga saat hari menjadi lebih pendek. |
Pemicu Perbungaan | Fotoperiode: manipulasi panjang siang dan malam menunjukkan bahwa durasi malam menjadi faktor penentu berbunga atau tidak. |
Tumbuhan Hari-Pendek |
|
Tumbuhan Hari-Panjang |
|
Tumbuhan Hari-Netral |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Konsep Utama | Perbungaan dikontrol oleh panjang malam, bukan panjang siang. Inilah dasar dari konsep panjang malam kritis. |
Tumbuhan Hari-Pendek |
|
Tumbuhan Hari-Panjang |
|
Peran Fitokrom |
|
Ketepatan Deteksi | Beberapa tumbuhan hari-pendek tidak akan berbunga jika malam lebih pendek 1 menit dari panjang kritis. |
Manfaat dalam Industri |
|
Respons Kompleks |
|
Vernalisasi |
|
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Lokasi Deteksi Fotoperiode | Daun mendeteksi panjang siang/malam dan mengirim sinyal ke meristem untuk memulai perbungaan. |
Bukti Peran Daun |
|
Eksperimen Cangkok |
|
Hipotesis Florigen |
|
Peran CONSTANS |
|
Peran FLOWERING LOCUS T (FT) |
|
Kesimpulan | Florigen = kemungkinan besar protein FT, dipicu oleh CONSTANS di daun, berpindah ke meristem untuk mengawali pembentukan bunga. |
Komponen | Peran dalam Perbungaan |
---|---|
Petunjuk Lingkungan |
|
Molekul Persinyalan Internal |
|
Transisi Meristem |
|
Gen Regulasi Awal |
|
Gen Pola Bunga |
|
Tujuan Penelitian |
|
Stimulus Lingkungan | Jenis Respons | Contoh Respons Tumbuhan |
---|---|---|
Gravitasi | Gravitropisme | Akar tumbuh ke bawah (positif), batang tumbuh ke atas (negatif) |
Sentuhan / Kontak | Tigmotropisme | Ujung sulur kacang melilit tiang atau rambatan |
Suhu ekstrem (dingin/beku) | Resistensi dingin | Produksi protein antifreeze untuk mencegah pembentukan kristal es di dalam sel |
Stres kekeringan | Adaptasi fisiologis | Penutupan stomata, pengurangan luas daun, akar tumbuh lebih dalam |
Sentuhan tiba-tiba | Nasti (tigmonasti) | Daun putri malu menutup saat disentuh |
Infeksi patogen | Respon imun tumbuhan | Produksi fitohormon dan protein pertahanan seperti fitoaleksin |
Cedera mekanik | Respon pertahanan | Produksi senyawa kimia pahit atau beracun (misalnya alkaloid) |
Komponen | Penjelasan | Contoh/Peran |
---|---|---|
Gravitropisme | Respons arah pertumbuhan terhadap gravitasi |
Akar: gravitropisme positif (tumbuh ke bawah) Tunas: gravitropisme negatif (tumbuh ke atas) |
Statolit | Plastida terspesialisasi berisi pati padat yang jatuh ke sisi bawah sel |
Membantu sel mengindra arah gravitasi Terutama ditemukan dalam sel tudung akar |
Kalsium (Ca²⁺) | Ion yang didistribusikan ulang oleh statolit dalam sel | Mempengaruhi arah transpor auksin secara lateral |
Auksin | Hormon tumbuhan yang mendistribusi secara asimetris akibat gravitasi |
Di akar: konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan sisi bawah Di tunas: konsentrasi tinggi merangsang pemanjangan sisi bawah |
Mutan tanpa statolit | Tumbuhan yang tidak memiliki statolit tetap menunjukkan gravitropisme, meskipun lambat | Menyiratkan peran mekanik seluruh sel (bukan hanya statolit) |
Sitoskeleton | Jaringan filamen internal sel yang mengalami tekanan mekanik akibat gravitasi |
Membantu deteksi arah gravitasi melalui deformasi Memungkinkan gravitropisme meski tanpa statolit |
Topik | Penjelasan | Contoh & Mekanisme |
---|---|---|
Thigmomorfogenesis | Perubahan morfologi akibat rangsangan mekanis berulang |
- Pohon di daerah berangin tumbuh lebih pendek & kekar - Menggosok batang menghambat pemanjangan - Jalur sinyal: Ca²⁺ → aktivasi gen → perubahan dinding sel |
Tigmotropisme | Respons pertumbuhan arah terhadap sentuhan |
- Sulur anggur menggulung ke arah penopang - Pertumbuhan diferensial di sisi sulur yang disentuh |
Pergerakan cepat daun (tigmonasti) | Respons non-pengaruh arah terhadap sentuhan |
- *Mimosa pudica* mengatupkan daun saat disentuh - Hilangnya turgor karena keluarnya K⁺ dan air dari sel pulvini |
Impuls listrik (Potensial aksi) | Sinyal listrik lambat (1 cm/detik) sebagai media komunikasi internal |
- Deteksi lewat elektroda - Potensial aksi menyebar dari satu anak daun ke seluruh daun - Perangkap *Venus flytrap* juga memakai mekanisme ini |
Respons sistemik | Seluruh bagian tumbuhan merespons rangsangan keras |
- *Mimosa pudica*: sentuhan panas menyebabkan seluruh daun mengatup - Melibatkan penyebaran molekul sinyal dari area luka |
Kategori Stres | Jenis Stres | Dampak terhadap Tumbuhan | Konsekuensi Ekologis |
---|---|---|---|
Stres Abiotik (Tidak hidup) | Kekeringan | Menurunkan turgor, menghentikan pertumbuhan, kerusakan jaringan | Tumbuhan yang tidak tahan mati atau kalah bersaing |
Banjir | Hilangnya oksigen di akar, pembusukan jaringan | Batas distribusi tumbuhan jadi terbatas | |
Suhu Ekstrem | Denaturasi enzim, rusaknya membran, pembekuan cairan sel | Mengurangi kesintasan dan hasil panen | |
Stres Lingkungan Lain | Kemungkinan kombinasi stres seperti salinitas, cahaya berlebih, dll. | Mempengaruhi reproduksi dan penyebaran geografis | |
Stres Biotik (Makhluk hidup) | Patogen & Herbivor | Infeksi penyakit, kerusakan jaringan karena dimakan | Dibahas lebih lanjut di bagian akhir bab |
Aspek | Respons Tumbuhan terhadap Defisit Air | Tujuan/Manfaat | Dampak Tambahan |
---|---|---|---|
Stomata | Sel penjaga kehilangan turgor dan stomata menutup | Mengurangi kehilangan air lewat transpirasi | Menurunkan laju pertukaran gas dan fotosintesis |
Hormon Abiotik | Asam absisat meningkat dan membantu menutup stomata | Mempertahankan air saat kekeringan | Efek jangka panjang pada pertumbuhan |
Pertumbuhan Daun | Pertumbuhan daun muda melambat; daun menggulung | Mengurangi permukaan yang kehilangan air | Fotosintesis berkurang → hasil panen menurun |
Pertumbuhan Akar | Pertumbuhan akar dangkal terhambat; akar dalam bertambah | Mencari dan menyerap air tanah lebih efisien | Mengubah pola distribusi akar secara adaptif |
Aspek | Respons Tumbuhan terhadap Kelebihan Air | Tujuan/Manfaat | Contoh Kasus |
---|---|---|---|
Tanah terlalu jenuh air | Akar tidak memperoleh oksigen karena minimnya rongga udara | Menyebabkan stres metabolik dan kematian akar jika tidak diatasi | Tanaman pot yang disiram berlebihan |
Produksi etilen | Kekurangan oksigen memicu peningkatan hormon etilen | Menginduksi reaksi adaptif akar | Terjadi pada tumbuhan biasa di tanah tergenang |
Apoptosis sel korteks akar | Sel-sel korteks akar dihancurkan (apoptosis) | Membentuk tabung udara untuk suplai oksigen | Terlihat pada berbagai spesies yang tidak terspesialisasi |
Akar udara (adaptasi struktural) | Bentuk akar yang terangkat keluar dari air untuk menyerap oksigen | Menyuplai oksigen bagi akar yang terendam | Bakau di habitat berpaya-paya |
Aspek | Masalah yang Dihadapi | Respons Tumbuhan | Contoh Adaptasi / Spesies |
---|---|---|---|
Penurunan potensial air tanah | Garam membuat potensial air tanah lebih negatif, menghambat serapan air | Tumbuhan menghasilkan zat terlarut organik untuk menurunkan potensial air sel | Semua tumbuhan toleran garam sedang |
Ion-ion toksik (misalnya Na+) | Natrium dan ion lain dalam konsentrasi tinggi bersifat toksik | Membran akar selektif mencegah masuknya ion-ion beracun | Tumbuhan umumnya (kecuali halofita) |
Toleransi terbatas terhadap garam | Kebanyakan tumbuhan tidak bertahan lama dalam kondisi salin tinggi | Respons terbatas, umumnya tidak mampu bertahan terus-menerus | Tumbuhan pertanian biasa |
Halofita | Spesies khusus yang hidup di lingkungan bergaram tinggi | Memiliki kelenjar garam untuk mengekskresikan garam dari tubuh | Bakau, Salicornia, Spartina |
Aspek | Masalah yang Dihadapi | Respons Tumbuhan | Keterangan Tambahan |
---|---|---|---|
Enzim rusak | Panas mendenaturasi enzim dan merusak metabolisme | Menyintesis protein kejut-panas (heat-shock proteins) | Protein ini berfungsi melindungi protein lain dari kerusakan |
Peningkatan suhu daun | Suhu daun dapat naik melebihi suhu optimal | Pendinginan evaporatif melalui transpirasi | Suhu daun bisa 3–10°C lebih rendah dari suhu udara |
Kehilangan air | Cuaca panas dan kering menyebabkan dehidrasi | Penutupan stomata untuk menghemat air | Mengurangi transpirasi tapi menghambat pendinginan |
Protein chaperone | Protein normal rusak saat suhu tinggi | Chaperone membantu protein melipat dengan benar | Juga ditemukan pada hewan dan mikroorganisme |
Aspek | Masalah yang Dihadapi | Respons Tumbuhan | Keterangan Tambahan |
---|---|---|---|
Fluiditas membran menurun | Lipid membeku menjadi kristal → transpor zat terganggu | Menambah proporsi asam lemak tak jenuh pada membran | Asam lemak tak jenuh menjaga fluiditas pada suhu rendah |
Kebekuan dinding sel | Es terbentuk di luar sel → air keluar dari sitoplasma | Meningkatkan kadar zat terlarut (mis. gula) dalam sitoplasma | Mencegah dehidrasi dan menjaga osmotic balance |
Kematian sel karena dehidrasi | Air keluar → konsentrasi ion meningkat → kerusakan | Adaptasi spesifik terhadap musim dingin | Sel terlatih melawan stres ini di daerah musim dingin |
Adaptasi terhadap musim | Suhu dingin ekstrem mendadak lebih merusak | Respon adaptif butuh waktu beberapa jam–hari | Suhu turun bertahap lebih bisa ditoleransi tumbuhan |
Jenis Interaksi | Contoh Organisme | Dampak bagi Tumbuhan | Respons Tumbuhan |
---|---|---|---|
Mutualisme | Fungi (mikoriza), serangga penyerbuk | Menguntungkan: membantu penyerapan air/mineral atau penyerbukan | Menjaga struktur akar/daun khusus, menghasilkan nektar atau senyawa kimia penarik |
Herbivori | Hewan pemakan daun/batang/akar | Merugikan: kehilangan jaringan, berkurangnya fotosintesis | Memproduksi senyawa pahit, racun, atau struktur pelindung seperti duri |
Infeksi patogen | Virus, bakteri, fungi | Merusak jaringan, bisa menyebabkan kematian tumbuhan | Barikade fisik (lignin, kutikula), respons imun lokal & sistemik, sintesis senyawa antibakteri/antijamur |
Predasi oleh organisme mikroskopis | Protista parasit, nematoda | Mengganggu fungsi akar atau jaringan dalam | Mengaktifkan ekspresi gen resistensi dan jalur pertahanan hormonik |
Kategori | Jenis Pertahanan | Contoh Mekanisme | Efek terhadap Herbivor |
---|---|---|---|
Fisik | Duri atau rambut tajam | Duri pada mawar, kaktus, dll | Menyulitkan atau menyakitkan untuk dimakan |
Penguatan jaringan | Dinding sel mengeras, lignifikasi | Mengurangi kemampuan mengunyah serangga | |
Kimiawi | Racun metabolit sekunder | Kanavanin menggantikan arginin dalam protein serangga | Merusak fungsi protein → serangga mati |
Senyawa pahit / tidak enak | Tanin, alkaloid, glikosida | Mengurangi keinginan makan herbivor | |
Sinyal kimia ke tumbuhan lain | Asam metilyasmonat pada kacang koro | Menyiagakan pertahanan kimia pada tetangga | |
Ekologis | Rekrutmen predator | Tumbuhan melepaskan senyawa volatil yang memanggil tawon parasitoid | Ulat pemakan tumbuhan dihancurkan dari dalam oleh larva tawon |
Rekayasa genetika pertahanan | Arabidopsis memproduksi senyawa pemikat tungau karnivor | Meningkatkan daya tarik terhadap predator alami herbivor |
Tingkat Pertahanan | Jenis Mekanisme | Contoh/Detail | Fungsi |
---|---|---|---|
Garis Pertahanan Pertama | Penghalang fisik | Epidermis (tubuh primer), Periderm (tubuh sekunder) | Menghalangi masuknya patogen secara mekanis |
Jalan masuk patogen | Luka, stomata, bukaan alami | Tempat patogen bisa menembus penghalang | |
Garis Pertahanan Kedua (Setelah Infeksi) | Pengenalan patogen | Protein R inang mengenali protein Avr dari patogen | Memicu aktivasi pertahanan hanya terhadap patogen spesifik |
Respons hipersensitif | Kematian sel lokal yang terinfeksi (apoptosis terprogram) | Membatasi penyebaran patogen | |
Resistensi sistemik yang diperoleh | Aktivasi pertahanan menyeluruh & jangka panjang | Mempersiapkan seluruh tubuh tumbuhan terhadap serangan selanjutnya | |
Tipe Patogen | Virulen | Berhasil menginfeksi dan menyebabkan penyakit | Menekan atau menghindari sistem pertahanan tumbuhan |
Avirulen | Hanya memicu respons ringan / tidak mematikan tumbuhan | Menciptakan "kompromi evolusioner" agar patogen tetap hidup tanpa membunuh inang |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Definisi | Respons pertahanan lokal tumbuhan yang menyebabkan kematian sel di sekitar lokasi infeksi untuk membatasi penyebaran patogen. |
Pemicu | Elisitor dari patogen berikatan dengan protein R inang → memicu jalur transduksi sinyal pertahanan. |
Perubahan Seluler |
|
Struktur yang Diperkuat |
|
Tujuan Biologis |
|
Gejala Fisik | Goresan atau bercak nekrotik (matinya sel) pada daun yang menunjukkan lokasi infeksi dan aktivasi HR. |
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Definisi | Respons pertahanan sistemik nonspesifik yang memberikan perlindungan jangka panjang terhadap berbagai patogen setelah infeksi lokal. |
Awal Pemicu | Infeksi patogen lokal yang menghasilkan molekul sinyal. |
Molekul Sinyal |
|
Efek Biologis |
|
Karakteristik |
|
Relevansi Historis | Asam salisilat merupakan senyawa dasar dari aspirin, yang telah digunakan berabad-abad sebagai pereda nyeri (misalnya dari pepagan pohon willow). |